Liputan6.com, Jakarta - Pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh enam negara Timur Tengah terhadap Qatar memberikan imbas yang besar. Salah satu yang menanggung kerugian masif dari hal ini adalah maskapai asal negara tersebut, Qatar Airways.
Director of Aerospace and Defence Practice di Frost & Sullivan Diogenis Papiomytis mengatakan, pemutusan hubungan diplomatis ini berefek pada pembatalan banyak penerbangan Qatar Airways. Alhasil, maskapai ini pun menanggung kerugian cukup besar.
Advertisement
Baca Juga
Lebih dari 10 persen penumpang yang terbang dari dan ke Qatar harus berpindah menggunakan maskapai lain jika ingin terbang dari dan ke Uni Emirat Arab, Saudi Arab, Bahrain dan Mesir.
"Dari perhitungan kami, delapan dari 10 penumpang yang terbang merupakan mereka yang berasal dari negara-negara tersebut. Jadi, jika digabungkan, efeknya bisa sangat masif," tutur Papiomytis seperti dilansir dari Ameinfo.com, Rabu (7/6/2017).
Lebih lanjut Papiomytis menambahkan, kerugian yang ditanggung Qatar bergantung dari lamanya krisis ini terjadi. Menurut analisa, setidaknya 30 persen dari pendapatan maskapai ini tergerus akibat pemutusan hubungan diplomatik kemarin, maka kerugian yang bisa ditanggung Qatar Airways mencapai US$ 247 juta atau Rp 3,2 triliun.
"Itu merupakan perhitungan konservatif apabila krisis ini belum mereda hingga enam bulan lamanya. Analisa kami, Qatar Airways bisa mendapat kerugian mencapai 30 persen dari total keuntungan semester kedua 2017," katanya.
Pada Senin lalu, beberapa negara dimulai dari Bahrain dan disusul Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman, dan pemerintah Libya wilayah Timur memutus hubungan diplomasi atas alasan dugaan keterlibatan Qatar terhadap aksi terorisme. Sejumlah maskapai di enam negara ini juga menunda penerbangan dari dan ke Qatar.
Etihad Airways milik Abu Dhabi mengatakan menunda semua penerbangan ke dan dari Doha mulai Selasa pagi sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Emirates dan Air Arabia juga melakukan hal yang sama.
Pemerintah Qatar menyayangkan keputusan negara-negara tetangganya untuk mengisolasi negara tersebut.
Keputusan itu, kata pemerintah Qatar, tidak adil dan tidak beralasan. Kebijakan mendadak tersebut kembali memukul bisnis Qatar Airways.