UNCTAD: RI Naik Posisi ke 4 Negara Tujuan Investasi Prospektif

Hasil survei UNCTAD bertajuk the World Investment Report 2017 menyebutkan eksekutif bisnis masih yakin ekonomi di Asia termasuk Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Jun 2017, 12:45 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2017, 12:45 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) merilis hasil survei dalam laporan the World Investment Report 2017: Investment and the Digital Economy. Dari hasil survei itu menyebutkan kalau investasi langsung oleh asing secara global bakal naik 5 persen menjadi US$ 1,8 triliun pada 2017.

Arus investasi asing sempat turun 2 persen menjadi US$ 1,75 triliun pada 2016. Namun, investasi asing secara langsung akan meningkat pada 2017 didorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi di seluruh wilayah di dunia. Ini dipicu adanya pertumbuhan perdagangan dan pemulihan keuntungan perusahaan.

Dalam laporan itu juga menyebutkan kenaikan arus investasi langsung masih berlanjut hingga 2018 yang mencapai US$ 1,85 triliun. Meski demikian, arus investasi langsung itu masih di bawah dari puncaknya mencapai US$ 1,9 triliun pada 2007.

Berdasarkan prediksi, Amerika Serikat (AS), China dan India menjadi negara tujuan prospektif untuk investasi langsung. Berdasarkan survei UNCTAD kepada eksekutif bisnis menyatakan kalau mereka yakin terhadap perkembangan ekonomi di Asia.

Prospek arus investasi asing langsung lainnya juga cukup positif untuk sebagian besar wilayah lainnya kecuali Amerika Latin dan Karibia, dan negara berkembang lainnya yang diharapkan mencapai keuntungan 10 persen.

"Jalan menuju pemulihan ekonomi penuh untuk investasi langsung memang tidak mudah atau masih naik turun. Akan tetapi kami sangat optimistis. Meski laporan ini memproyeksikan kenaikan moderat pada 2017, faktor lainnya seperti meningkatnya risiko geopolitik dan ketidakpastian kebijakan dapat mempengaruhi skala kenaikan," ujar Sekretaris Jenderal UNCTAD, Mukhisa Kituyi, seperti dikutip dari keterangan tertulis di laman UNCTAD, yang ditulis Jumat (9/6/2017).

Laporan UNCTAD terbaru menunjukkan, kalau Amerika Serikat menjadi penerima arus investasi asing terbesar mencapai US$ 391 miliar pada 2016. Atau naik 12 persen dari tahun sebelumnya Diikuti Inggris Raya, Irlandia Utara sebesar US$ 254 miliar. China berada di posisi ketiga dengan arus investasi US$ 134 miliar atau turun tipis.

Pada 2016, penurunan mencapai 2 persen untuk arus investasi asing secara global. Ini terjadi di tengah melemah-nya pertumbuhan ekonomi dan risiko kebijakan yang signifikan seperti yang dirasakan perusahaan multinasional.

Aliran dana investasi yang masuk ke negara berkembang juga terpukul. Nilai investasi-nya turun 14 persen menjadi US$ 646 miliar. Namun kontribusi negara berkembang juga signifikan untuk jajaran negara dengan aliran dana investasi asing yang besar.

Survei the World Investment Report 2017 juga memantau aktivitas bisnis internasional di sejumlah wilayah menemukan kalau arus dana investor asing yang masuk jajaran 20 terbesar juga mencapai US$ 1 triliun untuk pertama kalinya.

Kegiatan arus dana investasi investor asing di negara masuk G20 dan APEC sangat mempengaruhi tren arus dana investasi asing global.

Jadi Negara Tujuan Investasi, Indonesia Naik Peringkat

Lalu bagaimana dengan prospek negara tujuan investasi di Asia?

Dalam laporan itu menyebutkan kalau para eksekutif bisnis masih yakin dengan negara berkembang di Asia. Mereka perkirakan, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Singapura masih menjadi tempat menjanjikan.

Mengutip laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Indonesia naik ke peringkat empat sebagai negara tujuan investasi yang prospektif 2017-2019 berdasarkan survei UNCTAD. Tahun lalu Indonesia masih menduduki peringkat delapan.

Ini makin meningkatkan optimisme Indonesia setelah mendapatkan peringkat layak investasi oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P). Dari survei bisnis yang dilakukan terhadap eksekutif bisnis di perusahaan multinasional, Indonesia mendapat respons 11 persen. Amerika Serikat mendapatkan posisi pertama dengan respons 40 persen. Kemudian China di urutan kedua dengan respons 36 persen, serta 20 persen untuk urutan ketiga.

Artinya para eksekutif yang menjadi responden turut meyakini investasi di Indonesia akan baik dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Dalam laporan UNCTAD menyebutkan perusahaan multinasional berbasis sumber daya alam, terutama industri minyak, berhasil melewati krisis dan sejumlah eksekutif berharap untuk meningkatkan investasi dalam dua tahun mendatang.

Selain itu, industri jasa, bisnis rintisan digital dan ritel juga menjadi sektor dengan tingkat kepercayaan tinggi untuk investasi. Investor asing pun memperlihatkan ketertarikan pada kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus.

Peningkatan daya tarik investasi RI sebagai tujuan investasi langsung akan terus diiringi dengan perbaikan ekonomi. Sehingga investasi dalam beberapa tahun ke depan akan meningkat.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya