Qatar Airways Dulang Untung US$ 538 Juta

Manajemen Qatar Airways menyatakan blokade ekonomi berdampak langsung pada bisnis pendukung Qatar Airways.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jun 2017, 11:53 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2017, 11:53 WIB
Qatar Airways (0)
Ilustrasi pesawat A 330 milik Qatar Airways di bandara Barcelona, Spanyol. (Sumber Wikimedia Commons/Curimedia via Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Laba bersih Qatar Airways naik hampir 22 persen pada tahun fiskal terakhir. Kenaikan laba bersih ini terjadi sebelum krisis teluk. Selain itu, pencapaian laba bersih Qatar Airways juga bersama dengan perayaan 20 tahun Qatar Airways berkiprah di industri penerbangan pada 2017.

Namun, masa depan maskapai yang berbasis di Doha itu diliputi ketidakpastian di tengah blokade ekonomi oleh sejumlah negara Arab dan lainnya.

"Hasil tahunan kami sekali lagi mencerminkan keberhasilan strategi ekspansi. Pertumbuhan Qatar Airways dari sebuah maskapai regional kecil menjadi besar dalam dua dekade terakhir," ujar CEO Qatar Airways, Akbar Al Baker, seperti dikutip dari laman Business Insider, Selasa (13/6/2017).

Ia menuturkan, pihaknya bangga dapat membagikan hasil kinerja menakjubkan saat perayaan Qatar Airways di industri penerbangan selama 20 tahun. "Tim kami yang berdedikasi dengan lebih dari 43 ribu karyawan telah bekerja sama untuk mencapai tujuan sehingga menjadikan Qatar Airways sukses besar," ujar dia.

Perseroan melaporkan keuntungan US$ 538 juta untuk tahun fiskal yang berakhir hingga Maret 2017. Ini naik US$ 95 juta dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 443 juta, sedangkan pendapatan tahun fiskal sebesar US$ 10,6 miliar.

Namun, laporan keuangan perseroan akan terlihat sangat berbeda ke depannya. Pada pekan lalu sejumlah negara Arab yaitu Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab bersama dengan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara tersebut. Pemutusan hubungan diplomatik lantaran Qatar diduga merusak stabilitas wilayah dengan mendukung aksi terorisme. Ini mempengaruhi penerbangan Qatar Airways.

Bagi Qatar Airways, hal itu harus melalui proses mahal karena mengalihkan penerbangan Afrika untuk menghindari jazirah Arab. Selain itu, Arab Saudi merupakan pasar terbesar Qatar Airways lantaran frekuensi penerbangan besar secara harian ke dan dari negara tersebut.

Al Baker menuturkan, blokade itu memiliki efek langsung pada bisnis pendukung Qatar Airways yang menguntungkan. Penjualan bebas bea di hub maskapai Doha telah turun 25 persen dalam sepekan terakhir.

Qatar Airways juga harus bersaing di tengah penurunan pertumbuhan bisnis yang juga dialami oleh maskapai di kawasan teluk. Meski demikian, Al Baker mengatakan kalau pemutusan hubungan diplomatik itu memberikan kesempatan bagi Qatar Airways untuk melayani pasar yang lain.

 

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya