Alotnya Negosiasi Sri Mulyani dan Gubernur BI soal Dana Acara IMF

Acara International Moneter Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting 2018 diperkirakan membutuhkan dana hampir Rp 1 triliun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jun 2017, 14:01 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2017, 14:01 WIB
Acara International Moneter Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting 2018 diperkirakan membutuhkan dana hampir Rp 1 triliun.
Acara International Moneter Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting 2018 diperkirakan membutuhkan dana hampir Rp 1 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan berbagi tanggung jawab untuk mengucurkan dana untuk acara International Moneter Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting di Nusa Dua, Bali, pada 8-14 Oktober 2018. Total anggaran untuk pertemuan keuangan dan ekonomi terbesar di dunia ini diperkirakan hampir Rp 1 triliun.

"Saya belum tahu secara detail, tapi tentatif mendekati Rp 1 triliun untuk event IMF-World Bank 2018," katanya saat Rapat Kerja Rencana Kerja dan Anggaran Kemenkeu 2018 bersama Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Lebih jauh Sri Mulyani menjelaskan, anggaran tersebut antara pemerintah dan BI akan saling berbagi. Menurutnya, BI mendapat jatah anggaran 25-30 persen dari total anggaran yang diprediksi mendekati Rp 1 triliun.

"Saya ingin BI 30 persen, tapi BI menawar lebih rendah. Mungkin Komisi XI DPR bisa minta BI lebih tinggi, karena saya sudah melakukan pendekatan dengan Gubernur BI, tapi Pak Gubernur cukup alot soal itu. Biasanya malah mendengar Komisi XI," ia menerangkan.

Sri Mulyani menekankan pemerintah tidak ragu untuk menggelontorkan dana untuk penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018, mengingat Indonesia sebagai tuan rumah. Namun demikian, sebagai penjaga gawang keuangan negara, pihaknya harus tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

"Kita tidak ragu, tapi harus hati-hati juga jangan sampai anggaran berlebihan yang menimbulkan pertanyaan dalam penganggaran kita. Kita anggarkan secara memadai dan sharing dengan BI," tukas Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Sebelumnya, Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, dalam acara International Monetary Fund (IMF)-World Bank Annual Meeetings 2018 di Nusa Dua, Bali, pada 8-14 Oktober 2018, Indonesia akan mempresentasikan pencapaian dalam reformasi dan demokrasi, hingga kemajuan ekonomi nasional setelah krisis hebat pada 1997-1998. Promosi ini akan dilakukan di hadapan 15 ribu-17 ribu peserta. 

"Kita harapkan dunia akan melihat Indonesia yang tadinya terkena krisis bersama negara regional lain di 1997-1998, kini kita sudah berubah menjadi negara yang bereformasi dan memiliki daya tahan," ucap Agus saat Konferensi Pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Untuk mengoptimalkan manfaat Annual Meeting IMF-World Bank 2018, Indonesia bersama IMF telah menyusun program Voyage to Indonesia (VTI). Program ini merupakan rangkaian kegiatan menuju pertemuan IMF-World Bank tahun depan. Penyelenggaraannya dimulai dari saat ini sampai menuju event besar 8-14 Oktober 2018.

"Seperti Jepang dengan program Road to Tokyo, dan Peru Road to Lima, maka Indonesia yang negara kepulauan punya program Voyage to Indonesia. Program ini tidak cuma fokusnya di Bali, tapi juga di Ibu Kota dan kota lain di seluruh Indonesia," Agus menerangkan.

Adapun tema yang diangkat adalah Indonesia sebagai kekuatan ekonomi yang bereformasi, progresif, berdaya tahan, yang mendukung tercapainya pemerataan yang berkesinambungan. Pelaksanaan Voyage to Indonesia dilaksanakan Kementerian Keuangan, BI, dan kementerian/lembaga atau pemerintah daerah.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya