Harga Minyak Sentuh Level Terendah dalam 10 Bulan

Produksi minyak AS bertambah dan aktivitas di kilang minyak China berkurang mempengaruhi pergerakan harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Jun 2017, 05:30 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2017, 05:30 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot lebih dari dua persen usai sentuh level terendah dalam 10 bulan. Pertumbuhan produksi minyak Amerika Serikat (AS) dan China mengurangi aktivitas di kilang minyak telah menekan harga minyak.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun 2,3 persen atau 98 sen ke level US$ 42,53. Penurunan usai sentuh level terendah sejak Agustus 2016 di kisaran US$ 42,13. Sejak sentuh level tertinggi pada Februari, harga minyak telah merosot lebih dari 20 persen. Sedangkan harga minyak Brent merosot US$ 1,2 atau 2,61 persen ke level US$ 44,82 per barel.

"Pasar ingin bukti OPEC memangkas produksi minyak, dan tidak mendapatkannya. Kini harga minyak mencari titik penting untuk produsen minyak AS," ujar Anthony Headrick, Analis CHS Hedging LLC seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (22/6/2017).

Harga minyak menguat sejak akhir 2016 hingga awal 2017 merespons kesepakatan OPCE. Namun penguatan pasokan harga minyak telah menjadi sentimen bagi para spekulan.

The US Energy Information Administration (EIA) mengatakan persediaan minyak turun 2,7 juta barel pada pekan lalu. Angka ini lebih besar dari harapan pasar sekitar 2,1 juta barel. "Data itu mendukung harga minyak tetapi persediaan terbaru belum merepresentasikan," ujar Headrick.

Selain itu, EIA juga melaporkan kalau produksi minyak AS naik menjadi 9,35 juta barel per hari. Angka itu mendekati level produksi minyak Rusia dan Arab Saudi.

Investor juga fokus terhadap data aktivitas produksi minyak di China. Salah satu negara impor minyak terbesar ini memangkas operasional selama musim panas dan permintaan tinggi.

Harga minyak merosot 20 persen pada pertengahan pertama 2017. Ini penurunan terbesar terutama untuk Brent sejak 1997.

Kesepakatan pada tahun lalu dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan produsen minyak lainnya untuk memangkas produksi 1,8 juta barel per hari dari Januari mengurangi pasokan minyak. Namun produksi minyak naik di Nigeria dan Libya, negara yang dikecualikan dari kesepakatan itu membuat pemangkasan produksi minyak tidak terlalu pengaruhi harga minyak.

Menteri Energi Iran Bizan Zanganeh menuturkan anggota OPEC mempertimbangkan memangkas produksi lebih besar lagi tetapi tidak dilakukan dalam waktu dekat ini.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya