HKTI Minta Pemerintah Ubah Skema Subsidi ke Petani

Skema subsidi yang diberikan melalui pupuk dan benih tidak dirasakan secara signifikan oleh para petani.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Jul 2017, 18:45 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2017, 18:45 WIB
Sawah (Ilustrasi)
Sawah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko meminta pemerintah mengubah skema subsidi ke petani. Sebab skema subsidi yang selama ini berjalan dinilai tidak efektif dan tidak berdampak pada kesejahteraan petani.

Moeldoko mengatakan, skema subsidi yang diberikan melalui pupuk dan benih tidak dirasakan secara signifikan oleh para petani. Anggaran subsidi tersebut dinilai lebih banyak menguap dan tidak tepat sasaran.

"Selama ini melalui subsidi pupuk benih itu tidak signifikan dirasakan petani. Kecuali kalau betul-betul subsidi bisa dinikmati 100 persen. Betul itu berjalan mekanismenya enggak perlu ada tentara mengawasinya, tidak perlu polisi mengawasinya. ‎Karena tidak berjalan itulah ada aparat yang diturunkan. Sejatinya enggak perlu," ujar dia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017).‎

Menurut Moeldoko, hal yang diinginkan petani justru harga yang menguntungkan saat menjual hasil panen. Sebagai contoh, jika standar harga untuk gabah dipatok sebesar Rp 3.700 per kg, maka lebih baik anggaran subsidi pemerintah digunakan untuk membeli gabah petani dengan harga yang lebih tinggi.

"Justru yang diinginkan adalah melindungi harga saat pasca panen. Jangan lagi harga ditentukan Rp 3.700, mungkin harganya disubsidi bisa dua kali lipat. Jadi tidak ada lagi subsidi benih, subsidi pupuk yang jumlahnya Rp 31 triliun, mungkin lebih bagus dialihkan ke harga gabah yang lebih baik sehingga pendapatan petani menjadi ada kepastian, naik," jelas dia.

Dia mengungkapkan, harga gabah yang dibeli lebih tinggi dari standar harga saat ini dinilai akan lebih dirasakan manfaatnya oleh petani. Dengan demikian, petani tidak khawatir akan tekanan harga yang biasanya dilakukan oleh para tengkulak.

"Petani itu butuh pupuk, tapi dari pada subsidi itu banyak menguap. Lebih bagus jelas kami berikan saja harga saat panen mungkin Rp 3.700/kg jadikan saja Rp 5.000/kg atau Rp 6.000/kg. Itu petani langsung menikmati, tapi sekarang ada subsidi tak semua petani menikmati. Subsidi ada Rp 31 triliun apakah sampai apa tidak. Daripada tidak menikmati, mending harga yang diperbaiki saat panen," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya