Harga Minyak Melonjak Tersengat Pasokan AS Susut

Pasokan minyak mentah AS merosot 7,2 juta barel berdampak positif untuk harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2017, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam delapan minggu seiring penurunan pasokan minyak AS melebihi harapan.

Harga minyakBrent berjangka naik 77 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 50,97 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mendaki 86 sen atau 1,8 persen menjadi US$ 48,75 per barel.

Pasokan minyak AS turun pada pekan lalu seiring kenaikan pengeluaran di kilang dan impor turun. The Energy Information Administration (EIA) juga menyatakan kalau stok bensin turun.

Persediaan minyak mentah AS merosot 7,2 juta barel hingga pekan terakhir 21 Juli 2017. Angka ini melebihi perkiraan 2,6 juta barel. Ini merupakan penurunan mingguan keempat berturut-turut. Penurunan pasokan ini juga memperkuat harapan kalau pasar mulai bergerak menuju keseimbangan pasokan.

Selain itu, pada awal pekan ini juga Arab Saudi menyatakan akan membatasi ekspor minyak mentah menjadi 6,6 juta barel per hari pada Agustus. Angka ini turun hampir 1 juta barel per hari dari tahun sebelumnya.

"Laporan hari ini telah memperkuat sentimen positif dan penguatan di pasar meski jangka panjangnya pergerakan harga minyak tetap diragukan. Namun stok minyak mentah dan bensin di negara itu berada di atas rata-rata lima tahun yang akan memberikan kenaikan harga," jelas Abhishek Kumar, Analis Senior Interfax Energy's Global Gas, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (27/7/2017).

Ia menambahkan, penarikan tersebut memberikan kombinasi dari ekspor lebih tinggi dari Amerika Serikat, penurunan output minyak dan kenaikan tingkat utilisasi kilang.

"Pasar telah mengencangkan dan margin kilangnya kuat. Selain itu, ada risiko geopolitik untuk Venezuela ini berarti pasarnya menguat," kata Direktur Pelaksana PetroMatrix Olivier Jacob.

Selain itu, hasil produksi minyak Nigeria juga tergelincir pada pekan ini seiring kebocoran memaksa Shell menutup pipa yang ekspor sekitar 180 ribu barel per hari minyak. Nigeria pun telah sepakat membatasi produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari.

Analis mengatakan, kenaikan harga minyak bisa mendorong lebih banyak produksi terutama dari AS. "Setiap penguatan harga minyak akan menguat produsen shale minyak AS," ujar Analis minyak PVM Stephen Brennock.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya