Susuri Jalur Selatan Jawa, Menteri Rini Gali Potensi Aset BUMN

Menteri BUMN Rini Soemarno berjalan kaki hingga 7 km ke dalam hutan hanya demi menemukan potensi apa yang bisa dikembangkan di Tasikmalaya.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Agu 2017, 10:31 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 10:31 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno berjalan kaki hingga 7 km ke dalam hutan hanya demi menemukan potensi apa yang bisa dikembangkan di Tasikmalaya.
Menteri BUMN Rini Soemarno berjalan kaki hingga 7 km ke dalam hutan hanya demi menemukan potensi apa yang bisa dikembangkan di Tasikmalaya.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mendata aset yang dimiliki oleh beberapa BUMN. Pendataan tersebut sangat penting artinya. Selain agar tak jatuh ke tangan pihak lain, pendataan juga untuk memaksimalkan aset yang dimiliki BUMN.

Sebenarnya, pendataan ini bisa dilakukan oleh masing-masing BUMN. Namun khusus untuk di wilayah jalur Selatan Jawa, Menteri BUMN Rini Soemarno memilih untuk melakukan pendataan sendiri secara langsung.

Dipilihnya wilayah ini, dikarenakan wilayah Jawa Barat bagian selatan ini memiliki kesenjangan ekonomi jika dibandingkan dengan wilayah utara. Padahal dari sisi infrastruktur, jalan di wilayah ini tak kalah mulus jika dibandingkan dengan jalur pantau utara.

"Jawa Barat bagian selatan ini pertumbuhan ekonominya kalah cepat dibandingkan dengan yang utara. Oleh karenanya saya sedang cari pola-pola apa yang bisa meningkatkan perekonomian di sini," kata Rini kepada Liputan6.com seperti ditulis, Rabu (2/8/2017).

Penelusuran Rini di jalur Selatan Jawa dilakukan pada Selasa kemarin. Menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Tasikmalaya, Rini tiba di Garut. Rini menyusuri hutan karet milik PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang dinamakan Kebun Mira Mare. Lahan karet ini memiliki luas sekitar 5.000 hektare.

Di sini, Menteri Rini mengajak para Eselon I Kementerian BUMN dan beberapa direksi BUMN untuk turun dari mobil dan jalan kaki masuk ke hutan karet.

Rini berjalan kaki hingga kurang lebih 7 kilometer (km) ke dalam hutan hanya demi menemukan potensi apa yang bisa dikembangkan di wilayah ini selain produksi karet saja.

Tak sia-sia, perjalanan jauhnya ke dalam hutan ternyata dihentikan dengan adanya bibir pantai yang ternyata itu adalah Patai Cijeruk Indah.

Di sini, Rini menangkap potensi yang bisa dikembangkan, yaitu wisata. Ombak yang dimiliki pantai Cijeruk Indah ini sudah menjadi spot olahraga air, seperti salah satunya surfing. Hanya saja baginya, kawasan ini masih belum tertata.

Rini pun meminta kepada Direksi PTPN VIII untuk mengukur berapa panjang luas lahan milik perusahaan yang langsung berbatasan dengan pantai. Nanti, lahan tersebut akan dikembangkan sebagai daerah wisata. Dengan begitu, ekonomi di wilayah Garut Selatan ini bisa berkembang lebih cepat.

"Saya ngobrol sama warga, di sini katanya sudah ada wisatawan dari Swiss dan negara lain main surfing, saya juga malah baru tahu," ucapnya.

Menuju Cianjur

Rini melanjutkan perjalanannya menyusuri jalur selatan Jawa. Perjalanan kurang lebih 2,5 jam, Rini kembali berhenti di wilayah Cianjur Selatan.

Di wilayah tersebut Rini kembali mampir ke Kebun Karet Agrabinta yang juga masih milik PTPN VIII. Kebun Agrabinta ini memiliki luas lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan Mira Mare, hanya 3.000 ha.

Tak seperti di Mira Mare yang menyusuri kebun, di Agrabinta ini Rini lebih memilih menyusuri komplek pengolahan karet hasil kebun. Yang menjadi perhatian di sini, Rini mendapati rumah karyawan PTPN VIII yang dianggap sudah tak layak.

Seketika itu juga, dirinya meminta kepada Direktur Utama Perum Perumnas Bambang Tri Wibowo dan Direktur Utama Bank Tavbungan Negara (BTN) Maryono untuk bersinergi membangun ulang rumah baru tersebut dengan yang lebih layak.

"Pak Bambang, nanti tolong ini dibangun ulang dengan model precast, bisa kan? Nanti pembiayaannya bisa dilakukan dengan Pak Maryono. Kasian mereka (karyawan)," tegas Rini.

Di wilayah Cianjur Rini melihat adanya peluang pertumbuhan ekonomi baru karena terdapat lahan yang cukup luas. Maka dari itu, dirinya juga meminta kepada Direktur Utama BRI Suprajarto untuk menyalurkan program Corporate Social Responsibility (CSR) ke Agrabinta tersebut.

"Ini kita kasih ayam 1 juta ekor, kita bangunkan kandangnya, lalu ada industri nugget, bagus sekali. Nanti biar warga sini yang mengelola, jadi akan ada pergerakan ekonomi baru," ucap bos BRI.

Sementara itu di kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian BUMN Imam A Putro menjelaskan apa yang disampaikan Rini tersebut memang sejalan dengan revitalisasi aset BUMN.

Imam mengaku, pihaknya ingin aset-aset BUMN yang memiliki potensi dapat lebih dikembangkan. Untuk itu dirinya meminta BUMN untuk lebih jeli.

"Jadi apa yang diinginkan Ibu (Menteri BUMN) tadi sudah bagus, setelah aset kita data, kita HPL kan dulu, supaya aman. Baru ajak aja masyarakat sekitar untuk memanfaatkannya," tambah Imam.

Perlu diketahui, hingga 2016, aset BUMN telah mencapai lebih dari Rp 6.300 triliun. Aset ini meningkat jika dibandingkan pada 2015 yang saat itu sebesar Rp 5.760 triliun.

Dengan adanya revitalisasi aset dan pengelolaan aset yang lebih optimal ini, Kementerian BUMN mentargetkan aset kembali meningkat di 2017 ini, dimana ditargetkan akan tembus di atas Rp 7.000 triliun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya