Harga Garam Melambung, Telur Asin Ikut Naik?

Sejak beberapa pekan terakhir, harga jual garam konsumsi di pasar terus menanjak seiring kelangkaan pasokan akibat faktor cuaca.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Agu 2017, 11:41 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 11:41 WIB
garam
Para petani garam di Kedung Jepara memanen garam yang tahun 2017 berasa manis. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Jakarta Sejak beberapa pekan terakhir, harga jual garam konsumsi di pasar terus menanjak seiring kelangkaan pasokan akibat faktor cuaca. Harga garam yang semula dijual Rp 2.000 per bungkus kini menjadi Rp 5.000 per bungkus atau meroket 150 persen.

Pedagang sembako, Robi (40) asal Jakarta, mengaku kini hanya bisa menjual garam meja merek D5 dan cap Laba-laba yang sebelumnya tidak pernah dijajakan. Harga garam merek tersebut bahkan saat ini sudah ‎melonjak 150 persen menjadi Rp 5.000 per bungkus.

"Garam agak susah sekarang. Kami jual garam merek D5 dan Laba-laba‎ yang saat ini harganya Rp 5.000 per bungkus, padahal tadinya cuma Rp 2.000. Sebelumnya kami tidak pernah jual lo," kata Robi saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Jumat (4/8/2017). ‎

Harga jual garam yang makin mahal rupanya tidak membuat harga telur asin ikut naik. Pedagang telur asin di Pasar Grogol, Mulyanto (46), mengaku masih menjual telur asin seharga Rp 3.000 per butir. "Harganya masih sama dijual Rp 3.000 per butir, tidak naik walaupun harga garam mahal," katanya.

Ia mengaku mendapat telur asin langsung dari sentranya di Karawang, Jawa Barat. Mulyanto membeli telur asing dari pusatnya dengan harga Rp 2.300 per butir. "Rp 200 buat ongkos transportasi dan keuntungan Rp 500 per butir," ucap Pria asal Subang itu.

Mulyanto tidak menaikkan harga telur asin di saat harga garam melambung bukan tanpa alasan. Selain masih memperoleh telur asin dengan harga tetap di sentranya, Mulyanto pun merasa sulit jika harus ikut menyesuaikan harga telur asin ke konsumen.

"Susah jualnya kalau harganya dinaikkan. Nanti pada tidak mau beli. Biarin saja, kan saya masih dapat harga Rp 2.300, jadi harga telur asin masih bisa bertahan Rp 3.000 per butir, yang penting laku," ujarnya.

Ia mengeluhkan, harga telur asin tidak naik saja penjualan mulai berkurang. "Pembelian dari langganan berkurang. Bilangnya sih mau libur dulu, enggak tahu tuh kenapa. Biasanya laku 300 butir, paling sekarang 200 butir. Lumayan-lah, namanya jualan enggak tentu," ucap Mulyanto.

Selain harga telur asin ‎yang stabil, harga-harga bahan pangan lainnya pun cenderung terkendali, bahkan turun di Pasar Grogol. Sebut saja cabai rawit merah turun Rp 5.000 di hari ini menjadi Rp 35.000 per kilogram (kg). Sebelumnya dijual Rp 40.000 per kg.

Harga jual cabai keriting merah stabil Rp 24.000 per kg‎, cabai rawit hijau dijual seharga Rp 20.000-Rp 22.000 per kg. Harga bawang merah stabil Rp 30.000 per kg, bawang putih cutting menjadi Rp 40.000 per kg atau turun dari posisi seminggu lalu Rp 44.000 per kg. Sedangkan bawang putih bukan cutting dijual seharga Rp 28.000 per kg.

Begitupun dengan harga tomat dan kentang yang masing-masing stabil Rp 10.000 dan Rp 16.000 per kg. Sementara harga jual daging sapi masih betah Rp 120.000 per kg.

"‎Setelah Lebaran, harga cabai dan bawang lebih stabil karena pasokannya banyak. Tapi nanti bisa naik lagi harganya menjelang Lebaran Idul Adha," ujar Pedagang sayur mayur di Pasar Grogol, Walibi (32) asal Klaten.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya