Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 days repo rate di posisi 4,75 persen. BI diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat kebijakan makro prudential ketimbang penurunan suku bunga acuan.
Direktur PT Bahana Asset Management Budi Hikmat menuturkan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga di posisi 4,75 persen. Hal itu mengingat kondisi pertumbuhan kredit bank masih lambat.
Oleh karena itu, Budi menilai BI menjaga daya beli masyarakat Indonesia dengan kebijakan makro prudensial ketimbang menurunkan suku bunga acuan. Selain itu, Budi melihat kalau pemerintah akan mengerem pengeluaran pada semester II 2017 usai pengeluaran besar pada semester I 2017. BI pun dinilai mempertimbangkan hal tersebut. Ditambah mempertimbangkan faktor inflasi pada 2018.
Advertisement
Baca Juga
"BI akan memberikan pelonggaran tetapi bukan lewat suku bunga bisa dengan instrumen makro prudensial lewat loan to value ratio yakni menurunkan uang muka properti dan kendaraan. Selain itu juga lewat giro wajib minimum. BI belum akan turunkan suku bunga," jelas dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (22/8/2017).
Budi menuturkan, kebijakan mendorong ekonomi lewat makro prudensial lebih berdampak terhadap ekonomi. "Instrumen makro prudensial lebih kuat dampaknya," tegas Budi.
Hal senada dikatakan Ekonom Bank DBS Ltd Gundy Cahyadi. Ia menuturkan, BI masih tetap pertahankan suku bunga acuan. Hal itu mengingat pertumbuhan ekspor terutama manufaktur masih terbatas. Selain itu juga agar menciptakan kondisi keuangan yang stabil.
Seperti diketahui BI menggelar rapat dewan gubernur (RDG) pada 21-22 Agustus 2017. BI sudah pertahankan suku bunga acuan 4,75 persen selama 10 bulan.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â