Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tertekan pada perdagangan Selasa. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) jelang pertemuan pejabat Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menjadi penekan harga emas.
Mengutip Reuters, Rabu (23/8/2017), harga emas di pasar spot turun 0,4 persen ke level US$ 1.285,25 per ounce usai meraih puncak tertinggi pada pekan lalu di angka US$ 1.300,80 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka turun 0,4 persen ke level $ 1,291 per ounce.
Investor tengah menunggu pidato Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen yang akan berlangsung pada Jumat waktu setempat di i Jackson Hole, Wyoming, AS. Dalam pidato tersebut biasanya Yellen memberikan kisi-kisi mengenai arah kebijakan bank sentral.
Advertisement
Baca Juga
Pelaku pasar sedang menunggu sinyal apakah the Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan awal, atau masih sama dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Sejauh ini pelaku pasar cukup optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi AS sudah membaik sehingga the Fed akan menaikkan suku bunga. Optimisme tersebut mendorong penguatan dolar AS sehingga menekan harga emas. Alasannya, kenaikan dolar AS membuat harga emas lebih mahal bagi mereka yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang lain.
Selain itu, pendorong kenaikan dolar AS juga karena kebijakan dari Eropa. Gubernur Bank Sentral eropa Mario Draghi memberikan sinyal belum akan melakukan pengetatan kebijakan moneter atau bahwa Eropa masih membutuhkan stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Dampak komentar Draghi tersebut membuat mata uang euro melemah dan mengangkat dolar AS," jelas analis Julius Baer, ​​Carsten Menke.
"Sedangkan dari AS, Fed melihat inflasi sesuai dengan target sehingga cukup jelas Fed akan menaikkan suku bunga," tambahnya.
Sebelumnya harga emas sempat terdogkrak hingga melampaui level US$ 1.300 per ounce ketika ketegangan antara AS dengan Korea Utara meningkat. Rencana peluncuran rudal ke Guam oleh Korea Utara ditanggapi dengan aksi latihan militer AS.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: