BI: Volatilitas Rupiah Tak Begitu Tinggi

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.320 per dolar AS hingga 13.335 per dolar AS.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Sep 2017, 19:37 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2017, 19:37 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan, kondisi pasar uang saat ini cukup stabil. Gejolak nilai tukar rupiah kurang dari 3 persen dan berbanding terbalik dengan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang trennya menunjukkan pelemahan.

Dari data kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini (7/9/2017) terapresiasi ke level Rp 13.331 per dolar AS dibanding realisasi Rp 13.337 per dolar AS di perdagangan kemarin (6/9/2017).

"BI sudah lama sekali tidak intervensi. Pasarnya memang stabil, volatilitas kurs juga rendah di bawah 3 persen," ujar Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/9/2017).

Mirza menambahkan, gonjang-ganjing kenaikan suku bunga The Fed di 2013 menyebabkan volatilitas rupiah di atas 10 persen. Sedangkan sekarang ini, hanya di bawah 3 persen.

"BI sudah lama tidak masuk ke pasar untuk intervensi atau stabilisasi. Jadi demand dan supply saja, ada demand dari importir, demand dari yang bayar valuta asing," ucapnya.

"Tapi supply datang dari eksportir, supply datang dari aliran dana masuk (capital inflow), kemudian masuk ke pasar modal, pasar obligasi negara juga banyak, sehingga kelebihan permintaan. Jadi demand dan supply match tanpa BI harus lakukan stabilisasi," jelas Mirza.

Ia mengaku, ada aliran dana keluar di pasar saham. Namun itu terkompensasi dari derasnya aliran dana masuk di pasar surat berharga negara (SBN). Surat utang negara, katanya, masih menarik dengan kenaikan harga dan imbal hasil (yield) turun.

"Pasar saham memang agak outflow, tapi di pasar SBN inflow masih deras. Surat utang negara masih menarik sehingga harganya naik dan yield turun, sudah mendekati 0,5 persen sampai akhir tahun, inflow dari komponen balance of payment masih berlanjut, ekspor impor barang dan jasa surplus, sehingga kurs stabil saja," terangnya.

Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, terjadi asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,76 triliun pada perdagangan kemarin (6/9/2017).

Mirza memperkirakan, tren dunia menunjukkan terjadinya pelemahan dolar AS. Ia pun memproyeksikan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan di September dan Desember semakin mengecil.

"Tren di dunia dolar AS melemah. Rapat terakhir menunjukkan kenaikan suku bunga AS di September rasanya tidak, di Desember pun belum tentu. Jadi semakin turun probabilitas ada kenaikan suku bunga The Fed di Desember, tapi ya kita harus monitor terus," tukasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah hari ini

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar masih mencermati risiko geopolitik.

Mengutip Bloomberg, Kamis (7/9/2017), rupiah dibuka di angka 13.335 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.333 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.320 per dolar AS hingga 13.335 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 1,08 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di angka 13.331 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.337 per dolar AS.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya