Produk Baja China Banjiri RI, Ini Langkah Mendag

Hingga 2016 China mengekspor 54 persen produk besi dan bajanya ke ASEAN.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Sep 2017, 12:36 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2017, 12:36 WIB
20161215-Baja-AY1
Pekerja mengikat baja yang akan dipindahkan untuk di kirim melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (15/12). Di Indonesia peluang pengembangan industri dan konstruksi baja nasional masih terbuka lebar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita kembali meminta China menyelesaikan persoalan persaingan di industri besi dan baja. Permintaan ini disampaikan dalam Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dengan Menteri Perdagangan China Zhong Shan dalam Forum AEM-MOFCOM Consultations ke-16 Jumat lalu di Pasay, Filipina.

"Produk baja dari China membanjiri pasar ASEAN dan Indonesia sejak tahun 2013. Untuk itu, kami meminta China menyelesaikan persoalan ini tidak hanya melalui skema B to B, tetapi juga dengan melibatkan Pemerintah,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (10/9/2017).

Enggar menyampaikan, hingga 2016 China mengekspor 54 persen produk besi dan bajanya ke ASEAN. Hal ini mengakibatkan industri baja domestik ASEAN merugi dan kesulitan dalam meningkatkan kapasitas produksi.

Ekspor produk baja China didukung oleh Pemerintah melalui kebijakan penetapan bea ekspor terhadap baja bernilai tambah rendah. Dan sebaliknya memberikan pemotongan pajak (tax rabate) terhadap ekspor baja bernilai tambah tinggi, dan praktik perdagangan yang tidak sehat dengan pengalihan kode HS baja karbon menjadi baja paduan untuk menghindari pajak ekspor.

Menurut Enggar, Indonesia meminta China mengadakan dialog antara produsen baja dan perwakilan pemerintah ASEAN dan China, sesegera mungkin. Indonesia juga menegaskan usulannya agar penyelesaian isu besi dan baja dijadikan sebagai capaian AEM-MOFCOM Consultations kali ini.

Selain itu, lanjut dia, ASEAN-China sepakat memperkuat kerja sama ekonomi, salah satunya melalui jalur sutera maritim baru. Saat ini Indonesia dan beberapa negara anggota ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Laos sedang melakukan kajian lebih lanjut terhadap capaian dan kejelasan elemen-elemen dalam jalur sutera maritim baru China.

“China meminta negara-negara ASEAN membuat kesepakatan bersama untuk merealisasikan jalur sutera maritim baru. Namun, Indonesia meminta China memasukkan pula komitmen penyelesaian harga besi dan baja tersebut dalam pernyataan bersama tersebut,” jelas dia.

Nilai perdagangan ASEAN-China pada 2016 sebesar US$ 368 miliar. Perdagangan itu menyumbang 16,5 persen dari total perdagangan ASEAN dengan negara-negara lain. Total investasi China ke ASEAN pada 2016 sebesar US$ 9,2 miliar dan berkontribusi terhadap total investasi ASEAN sebesar 9,5.

Pabrik Baja US$ 220 Juta Berdiri di RI

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meresmikan pabrik baja PT Krakatau Osaka Steel (KOS), perusahaan patungan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan Osaka Steel Co. Ltd di Cilegon, Jawa Barat.

Airlangga berharap pengoperasian pabrik ini bisa memperkokoh daya saing industri baja nasional melalui penambahan kapasitas produksi guna memenuhi kebutuhan bahan baku di dalam negeri.

"KOS diharapkan mampu mengisi kekurangan suplai baja dalam negeri untuk memenuhi permintaan domestik yang semakin bertambah sekaligus menstimulasi industri bahan baku di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Dia menjelaskan, proyek dengan nilai investasi US$ 220 juta ini merupakan generasi lanjutan dari pabrik baja long bar, yang akan menghasilkan baja tulangan, baja profil, baja C (channel), dan flat bar. Jenis baja ini diperuntukkan bagi kebutuhan proyek infrastruktur dan industri otomotif.

Pabrik KOS ini berkapasitas 500 ribu ton per tahun. Jumlah tersebut akan mendukung target produksi nasional hingga 10 juta ton baja pada 2020.

"Target ini hanya bisa tercapai apabila kita menaruh perhatian penuh pada pembangunan teknologi dan mendorong investasi baru di sektor ini," kata dia.

Selain itu, Airlangga berharap, perusahaan yang berdiri di atas lahan seluas 21 hektare dan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 140 orang ini bisa terlibat dalam program pendidikan vokasi model link and match antara SMK dengan industri.

Selanjutnya, KOS dapat terus menerus memasok baja ber-SNI dengan stabil, seperti produk reinforced bars, equal angles, dan channels sehingga mampu memenuhi meningkatnya permintaan di sektor konstruksi dan proyek infrastruktur. "Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kami mendukung pembangunan dan ekspansi selanjutnya," ungkap Airlangga.

Tonton video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya