PLN Gandeng Singapura Kaji Produksi Listrik Murah

Kajian PLN dengan Perusahaan Singapura untuk membuktikan efisiensi pemanfaatan infrastruktur gas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Sep 2017, 17:01 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 17:01 WIB
20160226-Jaringan-Ilegal-di-Tiang-Listrik-Jakarta-IA
Pekerja mengecek instalasi kabel di tiang listrik milik PLN, Jakarta, Jumat (26/2). PLN menjaga mutu keandalan penyaluran tenaga listrik, memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, dan estetika tata kota Jakarta. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Singapura Pavilo-Keppel. Kerja sama ini untuk kajian penggunaan infrastruktur milik Singapura. Ini bertujuan agar memangkas biaya transportasi gas sehingga memproduksi listrik dengan harga yang terjangkau masyarakat.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Amir Rosyidin mengatakan, penandatanganan kerja sama kajian telah dilakukan beberapa hari lalu. Dalam kerja sama tersebut, PLN dan Keppel mengkaji bersama terhadap pembangunan infrastruktur gas untuk pembangkit di wilayah Natuna dan Tanjung Pinang.

‎"Studi penyiapan untuk infrastrutur LNG ditunjukan untuk Natuna dan Tanjung Pinang," kata Amir, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (11/9/2017).

Amir menuturkan, kajian tersebut untuk membuktikan efisiensi pemanfaatan infrastruktur gas berupa terminal Singapore LNG sebagai penghubung pasokan LNG, terhadap pembentukan biaya pokok produksi listrik dari pembangkit listrik di Natuna dan Tanjung Pinang. Hal ini merupakan upaya PLN agar tarif listrik bisa terjangkau masyarakat.

"PLN‎ berupaya melakukan efisiensi demi menurunkan biaya produksi listrik, untuk itulah berbagai studi kelayakan dilakukan salah satunya melalui kerja sama antar PLN dengan Keppel," papar Amir.

Kerja sama tersebut akan berlangsung selama enam bulan, didasarkan atas azas kesetaraan dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Jika tidak menemukan efisiensi dalam hasil kajian maka PLN tidak meneruskan kerja sama.

Ada tiga poin kerja sama yaitu, ‎penyusunan studi kelayakan yang lebih mendalam, terkait distribusi LNG untuk wilayah Tanjung Pinang dan Natuna.

Pembuatan konsep kerangka kerja, untuk mendistribusikan LNG milik PLN dari kontrak eksisting PLN, dengan sumber domestik Indonesia ke pembangkit listrik skala kecil di Tanjung Pinang dan Natuna, serta ‎pengembangan infrastruktur LNG skala kecil, untuk wilayah Tanjung Pinang dan Natuna yang letaknya berdekatan dengan Singapura.

"Jika nantinya dari hasil studi diperoleh biaya lebih tinggi maka studi akan berakhir tanpa tindak lanjut implementasi," tutur Amir.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Cari Gas Murah

Sebelumnya PT PLN (Persero) terus berupaya mendapat gas dengan harga murah, salah satunya menjajaki kerja sama dengan perusahan perdagangan gas asal Singapura, Keppel Offshore and Marine.

Direktur Pengadaan Strategis PLN Nicke Widyawati mengatakan, PLN akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum off Understanding/ MOU) dengan Keppel. Hal ini akan menjembatani kerja sama dalam kajian penggunaan infrastruktur gas milik Keppel, yang akan digunakan PLN untuk memasok gas ke pembangkit listrik Mobile Power Plant (MPP).

"Itu untuk yang mobile power plant yang kemarin ada yg sudah terpasang. Jadi kan hari ini ada beberapa mobile power plant yang sudah beroperasi dan akan beroperasi tapi kan pasokan gasnya belum ada,"‎ kata Nicke, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 6 September 2017.

Menurut Nicke, setelah menjajaki kerjasama untuk kajian penggunaan infrastruktur gas. PLN berencana memperluas kerjasama dengan melakukan pertukaran pasokan gas.

Nicke menjelaskan, pertukaran gas yang dimaksud adalah gas milik Keppel akan memasok ke pembangkit yang berdekatan dengan Keppel, dengan begitu akan menghemat biaya pengiriman, sehingga harga gas yang didapat jauh lebih murah.

Sedangkan Keppel, akan mendapat gas jatah PLN dari dari dalam negeri. Skema tersebut juga akan dikaji terlebih dahulu, untuk membuktikan harga gas yang didapat PLN jadi jauh lebih murah dan tidak melanggar aturan.

"Kalau dari sisi transportasi tentu lebih pendek. Tapi angka detailnya belum ada. Tapi secara kasatmata, tentu transportasinya kalau dari Singapura dibanding dari Bontang kan lebih pendek, tentunya pasti akan lebih murah. Namun kita tidak tahu kan regulasi lainnya. Kita belum ini. Jadi itu yg akan dilakukan kajian lebih lanjut,"‎ tutur Nicke.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya