Liputan6.com, Jakarta - Program Sejuta Rumah tak hanya memberi dampak positif pada sektor properti, beberapa sektor lain pun ikut merasakan manisnya program yang dicanangkan pada April 2015 tersebut. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menjadi salah satu pihak yang ikut mencicip dampak positif program Sejuta Rumah.
Direktut Utama BTN Maryono menerangkan, Perseroan selama ini merupakan bank yang fokus dalam pembiayaan rumah. Dengan adanya Program Sejuta Rumah ini maka kinerja perseroan menjadi terpacu terutama dalam penyaluran kredit.Â
Advertisement
Baca Juga
Kami bisa merasakan bahwa selama Pemerintahan Pak Jokowi ini memiliki program yang sangat tepat. Baru kali ini memberi kontribusi ke peningkatan pembiayaan KPR subsidi selama dua tahun ini year on year (yoy) naik 34 persen. Ini peningkatan tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya," jelas dia dalam acara Bincang Bisnis dengan tema Rumah untuk Rakyat di SCTV Tower Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Program Sejuta Rumah memberi kemudahan bagi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, untuk mendapatkan rumah. Dia menuturkan, program kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi menawarkan bunga 5 persen sepanjang kredit. Ini jauh lebih rendah dibanding program KPR komersial.
"Kalau bunga untuk program KPR nonsubsidi di atas 10 persen dan ada yang 9 persen," kata dia.
Bukan hanya itu, menurut Maryono, yang menarik dari program tersebut ialah uang muka 1 persen. Alhasil, akses masyarakat akan rumah semakin besar.
Program Sejuta Rumah juga membantu bank dalam hal sumber pembiayaan. "Sekarang ada dua sumber, FLPP dan subsidi bunga memberi ruang memberikan pembiayaan lebih besar lagi,"tutup dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
800 unit per tahun
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintah telah meluncurkan Program Sejuta Rumah pada 2015. Bukan tanpa alasan, pemerintah meluncurkan program ini untuk memenuhi hunian yang layak bagi masyarakat.
"Program Sejuta Rumah diluncurkan pemerintah Jokowi-JK dalam rangka mengatasi backlog masyarakat Indonesia yang belum mempunyai hunian layak sebesar 13,5 juta keluarga. Kalau sesuai program sebelumnya yang satu tahun membangun 200 ribu berapa puluh tahun akan bisa diatasi. Bapak Presiden mencanangkan sejuta rumah itu pun membutuhkan waktu 10 tahunan baru bisa teratasi," kata dia.
Sejak program ini diluncurkan rata-rata rumah yang dibangun sebanyak 800 ribu per tahun. Meski begitu, dia mengatakan, program tersebut bukan semata-mata soal hunian.
"Alhamdulillah dengan Program Satu Juta Rumah sekarang setiap tahun rata-rata 800 ribu rumah. Tapi bukan hanya bangun rumah saja, tapi rentetan industri," jelas dia.
Menurutnya, setiap pembangunan rumah akan berdampak ke sektor lain, seperti industri. Seperti meningkatnya permintaan material bahan bangunan hingga barang elektronik.
"Kalau punya rumah pasti ingin rice cocker, ingin kulkas, kipas angin. Belum lagi pakunya, papannya, pasirnya batu batanya. Bayangkan lebih dari 150 industri ikutan dalam rangka pengembangan properti. Ini menghidupkan ekonomi kerakyatan," jelas Basuki.
Basuki menegaskan, pengembangan properti memberi dampak berkelanjutan pada perekonomian nasional. "Tidak hanya jumlah 800 ribu rumah tapi rentetan industri yang mengikuti," tutup dia.
Advertisement