Bank Dunia: Buruh Migran Bantu Tingkatkan Ekonomi

Pekerja migran memiliki peran yang cukup signifikan dalam perekonomian suatu negara.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 09 Okt 2017, 13:06 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2017, 13:06 WIB
20160918- Aksi Buruh Migran di Car Free Day-Jakarta- Faizal Fanani
Sejumlah orang yang tergabung dalam Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) menggelar aksi dukungan terhadap suara migran dunia di Car Free Day, Jakarta, Minggu (18/9). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pekerja migran memiliki peran yang cukup signifikan dalam perekonomian suatu negara. Dalam laporan Bank Dunia bertajuk Migrating to Opportunity, pekerja migran berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara tujuan.

Dalam laporan tersebut, ditemukan sebuah simulasi di mana kenaikan 10 persen pekerja migran berketerampilan rendah di Malaysia meningkatkan produk domestik bruto (PDB) riil sebesar 1,1 persen. Sementara di Thailand, tanpa angkatan kerja PDB turun 0,75 persen.

Namun, Ekonom Bank Dunia untuk Social Protection and Jobs Global Practice, Mauro Testaverde mengatakan, mobilitas pekerja migran dihadapkan oleh biaya yang tinggi.

"Di mana pun para pekerja ingin bermigrasi di kawasan ASEAN, mereka menghadapi biaya mobilitas beberapa kalilipat dari upah rata-rata tahunan. Perbaikan dalam proses migrasi dapat meringankan biaya ini bagi calon migran, dan membantu negara-negara tersebut untuk dengan lebih baik menanggapi kebutuhan pasar tenaga kerja mereka," kata dia dalam video conference, di Jakarta, Senin (9/10/2017).

Dia mengatakan, mobilitas pekerja bisa meningkatkan prospek ekonomi di ASEAN. Sebab, migrasi dapat memberi kesempatan individu dari berbagai negara berpenghasilan rendah untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Menurutnya, berbagai kebijakan bisa diterapkan untuk meningkatkan mobilitas pekerja. Dia bilang, diperlukan banyak pengawasan terhadap agen perekrutan di kawasan ini.

Lebih lanjut, untuk negara penerima dapat memaksimalkan manfaat dari mobilitas tenaga kerja. Malaysia dapat menyesuaikan kebijakan migrasi dengan kebutuhan ekonomi negara tersebut. Dalam hal ini termasuk merivisi sistem retribusi dengan memperkuat koordinasi negara-negara pengirim.

Thailand dapat mengubah status migran yang tidak memiliki dokumen menjadi resmi serta menurunkan biaya terkait prosedur masuk.

"Sementara bagi Singapura yang telah mengembangkan sistem migrasi sangat maju dan berfungsi dengan baik, kesejahteraan pekerjaan migran tetap harus diperhatikan," ungkapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya