Liputan6.com, Jakarta Tren jual beli online atau e-commerce terus meningkat, namun hal tersebut belum bisa menggantikan besarnya pola belanja masyarakat secara langsung atau offline. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam acara Trade Expo Indonesia (TEI) ke-32.
Dia mengatakan, tren jual beli online memang suatu hal yang tidak bisa dihindari di era digital seperti saat ini. Namun para pengusaha di bisnis offline memiliki cara untuk bisa menarik minat masyarakat untuk tetap berbelanja secara offline.
"Online itu suatu keniscayaan dan tidak bisa dihentikan. Saya ambil bagian dari online dan offline di pusat-pusat pertokoan. Maka mereka yang offline, yang ada di pusat pertokoan atau tenant mix harus mendapatkan perhatian," ujar dia di ICE BSD City, Banten, Rabu (11/10/2017).
Advertisement
Enggar mengungkapkan, meski ada beberapa produk barang yang bisa dibeli masyarakat secara online, masyarakat juga butuh datang ke pusat perbelanjaan. Sebagai contoh, untuk mencari makanan dan minuman, masyarakat tetap pergi ke mal atau pusat perbelanjaan lain.
"Ada pergeseran pola konsumsi masyarakat dan tempat belanja jadi tempat hang out, dan juga pola konsumsi masyarakat dari mulai belanja yang pakaian dan sebagainya tapi mereka sudah mulai makan di luar. Nampak sekali peningkatan kuliner itu tinggi. Dengan demikian, offline itu tetap ada," tandas dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pelaku usaha mengantisipasi perubahan pola belanja masyarakat, dari offline ke online. Hal ini agar para pelaku usaha tidak tergerus perkembangan jaman.
Jokowi menyatakan, perubahan pola transaksi dari konvensional ke arah digital tidak bisa dielakkan lagi. Namun perubahan ini harus dimanfaatkan secara baik untuk mengembangkan usaha.
"Antisipasi terhadap pergeseran perdagangan dari offline ke online. Perubahan digital sudah tdiak bisa dilawan, dan harus dirangkul untuk meningkatkan perdagangan kita," ungkap dia.
Pemanfaatan era digital dapat dilakukan dengan membuat sebuah showroom virtual. Dengan demikian, pelaku usaha tidak perlu menunggu digelarnya pameran untuk menawarkan baran dan jasanya.
"Contoh, kenapa kita tidak buat virtual showroom?jadi interaksinya bisa langsung tanpa harus menunggu expo," lanjut dia.