Menunggu Data Tenaga Kerja, Dolar AS Meredup

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.470 per dolar AS hingga 13.515 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Nov 2017, 13:18 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2017, 13:18 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.470 per dolar AS hingga 13.515 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat pekan ini. Pelaku pasar tengah menunggu data tenaga kerja.

Mengutip Bloomberg, Jumat (3/11/2017), rupiah dibuka di angka 13.511 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.551 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.470 per dolar AS hingga 13.515 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,11 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.500 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.562 per dolar AS.

Dolar AS memang tertahan di kawasan Asia pada perdagangan Jumat ini. Pelaku pasar telah menerima pencalonan Dewan Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Terdapat lima kandidat yang masuk dalam bursa pilihan Trump, termasuk Gubernur Fed Janet Yellen sebelum akhirnya pilihan Trump jatuh pada Powell. Kandidat lainnya, yakni Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gary Cohn, Ekonom Stanford University John Taylor, dan mantan Gubernur Fed Kevin Warsh.

Powell telah menjabat sebagai salah satu Dewan Gubernur Fed sejak 2012. Nama Powell beredar kuat sebagai pengganti Yellen, dibanding pesaing lainnya selama lebih dari seminggu ini.

Saat ini pelaku pasar mengalihkan fokus perhatian ke data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat sore waktu setempat.

Selain itu, pelaku pasar juga tengah memperhatikan kelanjutan reformasi perpajakan. Saat ini Partai Republik tengah mengusulkan pemotongan pajak korporasi menjadi 20 persen dari sebelumnya 35 persen.

Namun sejauh ini belum ada kejelasan apakah usul tersebut diterima oleh seluruh anggota konggres atau tidak.

Sedangkan dari sisi teknis, Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, dolar AS membutuhkan katalis untuk dapat keluar pelemahan yang terjadi dalam dua hari terakhir.

"Katalis itu dapat berupa pilihan nominasi Trump untuk ketua dewan gubernur Fed atau data NFP di hari Jumat," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan kemarin

Pada perdagangan kemarin, Dolar AS melemah di kawasan Asia karena penundaan pembahasan mengenai rencana reformasi perpajakan AS.

Anggota Parlemen AS tengah membuat rencana untuk memotong pemasukan negara dari pajak sebesar US$ 6 triliun dalam jangka waktu 10 tahun. Namun sayangnya belum ada perincian bagaimana cara pemotongan tersebut dan bagaimana mencari dana pengganti pemasukan negara karena adanya pemotongan tersebut.

Pada perdagangan sebelumnya, dolar AS menguat karena pelaku pasar cukup yakin dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS meskipun pada bulan ini tidak ada kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Pelaku pasar yakin Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. "Dolar AS didukung oleh pernyataan Bank Sentral AS, namun dampaknya memang terbatas karena belum ada keputusan," jelas Analis Senior Barclays, Tokyo, Jepang, Shin Kadota.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya