‎Alexis dan Toko Ritel Tutup, Pengangguran di RI Bertambah?

Ada penambahan 10 ribu orang yang menganggur ‎dalam kurun waktu setahun terakhir.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Nov 2017, 13:50 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2017, 13:50 WIB
Moch Harun Syah/Liputan6.com
Petugas Sudin Nakertrans Jakut datangi Hotel Alexis

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan, penutupan izin operasional Alexis dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat tumbangnya toko ritel tidak akan berdampak signifikan terhadap jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini menyusul penambahan 10 ribu orang yang menganggur ‎dalam kurun waktu setahun terakhir.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Hasbullah mengungkapkan, ‎sektor perdagangan di kuartal III-2017 masih bertumbuh cukup baik, dan belum ada PHK massal secara besar-besaran di sektor ritel, meskipun penutupan beberapa gerai ritel sudah mem-PHK sekitar 1.200 orang. Ditambah lagi, dengan tutupnya Alexis, 1.000 pegawai terancam kehilangan pekerjaan.

"Perdagangan tidak ada masalah, jadi belum ada PHK besar-besaran dari ritel atau belum terasa dampaknya. Apalagi Alexis, angkanya kecil," kata Sairi usai Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (6/11/2017).

Dia menegaskan, PHK di sektor ritel maupun Alexis tidak akan memberikan pengaruh terhadap jumlah pengangguran di Indonesia. Selain karena angkanya yang kecil, sambung Sairi, jumlah tenaga kerja di Indonesia sudah mencapai 128,06 juta per Agustus 2017.

"Angkanya kecil dibanding jumlah angkatan kerja kita. Apalagi mereka bisa pindah kerja ke tempat lain, jadi tergantung ‎perkembangan sampai Februari 2018. Tapi secara nasional, PHK tersebut belum berdampak banyak ke pengangguran," paparnya.

Ritel Tutup, 1.200 Orang Kehilangan Pekerjaan

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan sekitar 1.200 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 7-Eleven menutup ratusan gerainya hingga saat ini. Tercatat ada Ramayana, Matahari, Lotus, dan Debenhams Department Store yang mengikuti jejak 7-Eleven menghentikan operasional beberapa gerai.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, di Diskusi Kongkow Bisnis Pas FM dengan tema "Sejumlah Retailer Berguguran, Apakah Ini Akhir Dari Industri Ritel Konvensional" di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

"7-Eleven itu 167 toko, kali lima orang saja sudah 835 orang. Ditambah format lain (ritel lain), mungkin sudah sekitar 1.200 orang. Itu dari 7-Eleven dan yang lain, ya," ucapnya.

Terkait nasib ribuan pegawai yang dirumahkan tersebut, Roy mengaku pasrah. Bahkan, dia menyerahkan ini kepada pemerintah untuk memikirkan jalan keluar atau solusinya.

"Kita belum tahu, kita serahkan ke pemerintah untuk bantu memikirkannya. Kita tidak bisa mikir lagi, tidak mampu membayar," keluhnya.

Dia mengaku, tidak memiliki data pasti mengenai jumlah ritel yang tutup atau akan menyusul pendahulunya menghentikan operasional dalam waktu dekat.

"Saya belum dapat data secara spesifik, tapi mulai dari 7-Eleven, dan yang lain. Ada yang relokasi bukan karena menutup toko, tapi karena sudah tidak kondusif. Atau karena restrukturisasi format, jadi tidak hanya department store, tapi ada mainan anak atau kulinernya," tutur Roy.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya