AirAsia Bermimpi Jadi Maskapai Digital

Operasional AirAsia jadi lebih efisien dengan berpindahnya operasi AirAsia ke terminal 4 bandara Changi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Nov 2017, 11:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 11:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Ilyas I)
AirAsia

Liputan6.com, Singapura - AirAsia memiliki cita-cita untuk menjadi maskapai digital yang memiliki segmen Low Cost Carrier di Asia. Upaya ini didukung dengan beroperasinya AirAsia di Terminal 4 Bandara International Changi, Singapore pada 7 November 2017.

CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan, dengan berpindahnya operasi AirAsia dari Terminal 1 ke Terminal 4 di Bandara Changi, ini menjadikan operasional maskapai lebih efisien.

Menurutnya, pengembangan layanan suatu maskapai tidak terlepas dari wujud sinergi dengan operator bandara. Hal ini yang coba dilakukan AirAsia dari waktu ke waktunya.

"Ini pengalaman fantastis kalau Anda berkunjung ke Terminal 4, semua serba digital, ini menjadi bagian dari misi AirAsia sebagai maskapai digital," kata Tony di Changi International Airport, Singapura, (16/11/2017).

Saat ini, AirAsia telah meluncurkan berbagai produknya dalam mendukung transformasi perusahaan berbasis digital tersebut. Setidaknya, perusahaan sudah mengaplikasikan homepage, mobile app, bag tracking, self bag drop dan e-boarding pass.

Yang terbaru, dalam meningkatkan pelayanan digitalnya, AirAsia melalui AirAsia Indonesia telah meluncurkan layanan wifi on board yang dinamakan ROKKI. Layanan ROKKI ini para penumpang bisa menikmati berbagai hiburan, antara lain menonton berbagai film, mendengarkan musik maupun melihat katalog belanja secara gratis.

Di Terminal 4, AirAsia akan menyediakan 19 kios check-in, 14 mesin auto bag drop, dua loket pemeriksaan dokumen dan dua loket pembayaran di Baris 4, dengan layanan check-in untuk grup yang tersedia di Baris 5.

Para pelanggan dapat melakukan check-in di rumah melalui situs dan aplikasi mobile, mencetak tanda bagasi mereka di kiosself-service dan memasukkan tas mereka ke mesin auto bag drop saat tiba di bandara, atau langsung menuju ke gerbang keberangkatan jika tidak membawa tas untuk didaftarkan ke dalam bagasi pesawat.

"Ini jelas sangat efisien, paling tidak kita tidak perlu kru untuk melayani para penumpang, karena di sini sudah serba mandiri," tegasnya.

AirAsia Indonesia saat ini melayani penerbangan langsung ke Singapura dari lima kota, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Denpasar dengan total frekuensi 154 kali dalam seminggu. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Kisah Hidup Bos AirAsia Tony Fernandes

Sebelumnya, nama Tony Fernandes sudah tak asing lagi di industri penerbangan. Dialah CEO Grup AirAsia, sebuah perusahaan penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Malaysia.

Setelah 16 tahun memimpin AirAsia serta menjadikan maskapai ini sebagai perusahaan besar dan diperhitungkan, Tony akhirnya meluncurkan buku autobiografinya berjudul Flying High.

Peluncuran berlangsung di Marini's On 57 Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu, 29 Oktober 2017.

Buku setebal 243 halaman ini menceritakan seluruh kisah hidup Tony, mulai dari masa kecilnya, orangtuanya, hingga mimpi-mimpinya yang telah mengantarkan dia menjadi salah satu pengusaha berpengaruh di Asia dan juga dunia.

Dalam buku ini, diungkapkan bagaimana kisah perjalanan hidup Tony, dari anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga yang mencintai musik, hingga ia kemudian berkecimpung di dunia musik, dan akhirnya pindah haluan menjadi pengusaha penerbangan yang sukses.

Menurut pengusaha keturunan India yang lahir di Malaysia ini, Flying High merupakan cerita tentang kekuatan mimpi.

"Ketika saya pertama kali memulai AirAsia bersama Datuk Kamarudin, semua berpikir kami gila. Mereka mengatakan, kami tidak akan bisa menjalankan bisnis penerbangan. Jika kami mendengarkan perkataan mereka, kami akan menyerah sebelum memulai dan buku ini tidak akan pernah ada," kata Tony seperti ditulis Senin 30 Oktober 2017.

Melalui buku ini, kata Tony, dia membuktikan bahwa mimpi-mimpi yang dianggap sebagian orang mustahil itu, telah menjadi kenyataan.

"Saya berharap ini akan mendorong orang lain mengejar apa yang mereka impikan. Percaya tidak percaya, mimpi tidak mungkin dan tidak pernah tidak memiliki sebuah jawaban," kata Tony yang tinggal di London dan Malaysia.

"Sekalipun kamu gagal, itu tidak masalah, sebab setidaknya kamu telah berusaha dan dapat melakukannya lagi. Yakinlah, jangan dengarkan kata siapa pun dan tetap lanjutkan, " kata Tony yang masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia pada 2015 versi majalah Time.

Salah satu mimpi Tony adalah membuat orang-orang di Asia Tenggara khususnya, saling terkoneksi, dan bisa terbang ke banyak tempat dengan biaya murah.

Tony akhirnya lega bukunya itu bisa selesai setelah sempat terkendala waktu.

"Sangat menyenangkan mengingat kembali perjalanan hidup dan semangat di dalamnya," ucap Tony.

"Saya belajar dan merasa sangat beruntung memiliki perjalanan hidup seperti ini," dia melanjutkan.

Kini, Tony semakin melebarkan sayap bisnisnya dengan membeli klub bola, Quenns Park Rangers (QPR), yang memaksanya harus tinggal di Inggris untuk mengurus klub tersebut.

Kesuksesan yang telah diraihnya tak lantas membuat Tony berhenti bermimpi. Kini ia bermimpi bisa memberi banyak kebaikan, khususnya di bidang pendidikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya