Kendala Swasembada Susu Sulit Tercapai pada 2020

Target swasembada susu yang dicanangkan pada 2020 masih sulit untuk dicapai.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Nov 2017, 14:40 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 14:40 WIB
Mana Lebih Sehat, Susu Sapi atau Susu Kambing?
Mana Lebih Sehat, Susu Sapi atau Susu Kambing?

Liputan6.com, Jakarta - Target swasembada susu yang dicanangkan pada 2020 masih sulit untuk dicapai. Lantaran hingga saat ini saja, untuk memenuhi kebutuhan susu di dalam negeri, mayoritas masih harus impor.

Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jafi Alzagladi mengatakan, saat ini kebutuhan susu nasional mencapai 4,5 juta ton per tahun. Namun, produksi susu di dalam negeri hanya sebesar 864,4 ribu ton atau sekitar 19 persen saja.

"Kita 81 persen masih impor. Impor kita sekitar 3,65 juta ton," ujar dia di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (16/11/2017).

Sementara itu, jika dilihat dari pertumbuhan konsumsi susu nasional, per tahunnya telah mencapai 5 persen. Hal ini tidak sejalan dengan peningkatan produksi susu segar dalam negeri yang hanya sekitar 2 persen per tahun.

"Konsumsi susu saat ini sekitar 16,17 kg per kapita per tahun. Ini naik tadinya hanya 12 kg per kapita per tahun," kata dia.

Jafi menuturkan, sektor susu nasional juga masih dihadapkan dengan sejumlah kendala, seperti produktivitas susu dari sapi perah lokal yang masih rendah.‎ Saat ini, produktivitas susu sapi lokal baru mencapai 8-12 liter per ekor per hari.

"Pemilikan sapi perah peternak masih di bawah skala ekonomis. Kemudian, permodalan dan sarana usaha peternak perah dan struktur harga susu dalam negeri di daerah sentra berbeda-beda," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Peningkatan Konsumsi Harus Jadi Peluang Peternak Kecil

Sebelumnya, konsumsi produk olahan susu terus meningkat. Data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, konsumsi produk ini naik rata-rata 5 persen per tahun. Pesatnya perkembangan industri pengolahan susu tersebut dinilai menjadi peluang bagi peternak Indonesia, termasuk mereka yang tergabung dalam koperasi dan UKM.

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM bidang Hubungan Antar Lembaga, Abdul Kadir Damanik mangatakan, peningkatan konsumsi produk olahan susu menjadi peluang bagi peternak susu di kelas usaha kecil dan menengah untuk mendistribusikan hasil perahnya ke perusahaan-perusahaan produsen produk olahan susu.

"Peluangnya tentu terbuka, sangat terbuka. Apalagi produksi dalam negeri belum memenuhi kebutuhan jadi itu mesti dimanfaatkan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis 31 Agustus 2017.

Abdul mengungkapkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kebutuhan susu nasional mencapai 4,45 juta ton. Dari jumlah tersebut, produksi dalam negeri hanya 852.951 ton atau setara 20 persen kebutuhan. "Dengan demikian, Indonesia masih memenuhi hampir 3,6 juta ton atau 80 persen sisanya dari impor," kata dia.

Namun demikian, konsumsi dan kebutuhan susu segar maupun produk turunannya diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan perubahan gaya hidup.

"Peluang peternak untuk meningkatkan usahanya makin terbuka karena pasar di Indonesia yang terus menggeliat. Pemerintah pun sudah meminta kepada pelaku usaha besar melalui Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk memprioritaskan susu yang diproduksi oleh peternak dalam negeri," jelas dia.

Abdul juga menyatakan, saat ini sebagian besar peternak susu di Indonesia merupakan peternak skala kecil. Sebanyak 91 persen peternak hanya memiliki sapi antara 1 hingga 3 ekor tiap peternaknya.

“Karena itu, meningkatnya konsumsi susu dan produk olahannya merupakan peluang yang mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan pelaku industri juga jangan mempersulit,” ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya