Liputan6.com, Jakarta - Pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang atau holding tambang dapat mendorong penguasaan sumber daya mineral dan batu bara (minerba) Indonesia oleh pihak nasional khususnya BUMN.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, BUMN tambang sejauh ini hanya menguasai sekitar 7-20 persen, dari total sumber daya dan cadangan untuk masing-masing minerba di Indonesia.
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun peran negara melalui BUMN dalam pengelolaannya masih sangat kecil," kata Budi, di Jakarta, Rabu (22/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menyebutkan, BUMN baru menguasai bijih bauksit yang dikelola baru sekitar 13 persen, bijih nikel dan timah baru sekitar 20 persen yang dikuasai, dan batu bara baru tujuh persen.
Budi menuturkan, dari data tersebut menunjukan masih terdapat potensi besar sumber daya dan cadangan di Indonesia yang belum dimiliki dan dikelola oleh BUMN tambang. "Potensi untuk meningkatkan penguasaan sumber daya mineral dan batu bara masih sangat besar," ujar dia.
Diperlukan sinergi antar BUMN tambang, agar bisa dan mampu menjadi pemain besar dalam pengolahan sumber daya mineral demi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pembentukan holding BUMN tambang dinilai tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
"Diperlukan sinergi antar BUMN tambang agar bisa mampu menjadi pemain besar," tutur Budi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jadi Holding BUMN Tambang, Inalum Bidik Pendapatan US$ 22 Miliar
Sebelumnya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah membentuk induk usaha (holding) di sektor pertambangan. Dalam holding ini PT Timah Tbk (TINS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan menjadi anak usaha dari PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, perusahaan telah memiliki peta jalan menuju perusahaan kelas dunia. Peta jalan tersebut terbagi dalam tiga sasaran yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Untuk sasaran jangka pendek, holding BUMN ini akan menyatukan visi dan melakukan sinergi untuk menciptakan efisiensi. Selain itu Inalum juga akan meningkatkan kapasitas finansial dan akses pendanaan.
Karena dalam holding terdapat berbagai produk dari penggabungan beberapa perusahaan, Inalum juga akan melakukan diversifikasi produk. Tak ketinggalan, Budi melanjutkan, Inalum akan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan kelas
Sedangkan untuk sasaran jangka menengah, Budi akan membawa Inalum melakukan akuisisi dan eksplorasi tambang. Tak ketinggalan, integrasi juga akan dijalankan.
Sedangkan jangka panjang, Budi menargetkan Inalum bisa menjadi perusahaan kelas dunia. "Revenue Inalum diproyeksikan pada tahun 2025 akan mencapai US$ 22 miliar," kata Budi saat bertemu dengan pimpinan redaksi seperti ditulis Rabu (22/11/2017). Budi juga menargetkan Inalum bisa masuk dalam deretan Fortune Global 500.
Dia melanjutkan, strategi utama holding ke depan adalah hilirisasi. Dengan hilirisasi maka selain meningkatkan nilai tambah secara cepat juga bisa bermanfaat sebagai hedging atau lindung nilai terhadap fluktuasi harga komoditas.
Misalnya, target hilirisasi Bukit Asam adalah memiliki perusahaan pembangkit listrik batu bara. Dengan begitu, lanjutnya, ketika harga batu bara anjlok maka perusahaan listrik bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Sehingga peningkatam revenue diperusahaan listrik bisa menutupi penurunan laba di perusahaan batu bara.
Advertisement