Status Gunung Agung Naik, Ini Upaya Kementan Selamatkan Ternak

Kementan menyediakan tempat penampungan sementara untuk ternak pengungsi sebanyak 14 titik yang tersebar pada 5 kabupaten.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Des 2017, 09:12 WIB
Diterbitkan 03 Des 2017, 09:12 WIB
Muncul Kembali, Banjir Lahar Dingin Sedot Perhatian Warga
Kondisi aliran Sungai Yeh Sah yang dilintasi lahar dingin dari Gunung Agung di Karangasem, Bali, Sabtu (2/12). Banjir lahar dingin dari Gunung Agung ini menjadi tontonan warga sekitar dan juga pengendara yang melintas. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah menugaskan Tim dari pusat turun ke lokasi sejak ditetapkannya status awas Gunung Agung pada tanggal 23 September 2017 hingga turun menjadi siaga, dan kini meningkat lagi menjadi awas.

“Tim Satgas tersebut dari mulai kita bentuk sampai saat ini masih terus bekerja di lapangan”, kata Dirjen PKH I Ketut Diarmita seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (3/12/2017). 

Lebih lanjut dijelaskan, Tim Satgas gabungan Pusat dan Daerah saat ini masih terus bersiaga di lapangan dengan koordinator langsung Dirjen PKH.

“Tim satgas juga terus melakukan koordinasi dengan Komandan Posko Utama, Bupati Karangasem, Kepala BNPB, dan Perwakilan dari Dinas Kab. Seprovinsi Bali”, imbuhnya.

Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen PKH Kementan untuk menyelamatkan ternak warga adalah Pertama, Membentuk Satgas PKH Antisipasi Erupsi Gunung Agung Bali melalui SK No. 9764 tahun 2017 tertanggal 29 September 2017.

Tim Satgas terdiri dari Ditjen PKH (Pusat dan UPT), Dinas PKH Provinsi Bali, Dinas Kabupaten (6 Kabupaten) yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

Kedua, Menyediakan tempat penampungan sementara untuk ternak pengungsi sebanyak 14 titik yang tersebar pada 5 kabupaten.

“Saat ini Tim Satgas juga masih melakukan verifikasi rencana tempat penampungan baru”, imbuhnya.

Ketiga, Menyediakan armada atau truk untuk evakuasi ternak.

Keempat, Melakukan evakuasi ternak dari status awas, yaitu tanggal 23 september 2017 sampai tanggal 1 Desember 2017 sebanyak 10.013 ekor  dengan target 14.000 ekor sapi dari wilayah terdampak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Belum dievaluasi

Upaya lain yang telah dilakukan oleh Tim satgas PKH untuk ternak–ternak yang belum dievakuasi yaitu:

1). Melakukan pendataan ternak di daerah KRB;

2) memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mengungsikan dirinya dan ternaknya ke zona yang aman;

3). Melakukan koordinasi terhadap pihak desa mengenai tata cara pengungsian,

4). Bekerjasama dengan Babinsa dan relawan dari mahasiswa Fapet UNUD untuk menyebarkan pamflet ke lokasi penampungan maupun ke wilayah KRB yang masyarakatnya belum mengungsi;

5). Pemasangan pamplet di berbagai lokasi pengungsian dan daerah KRB sebanyak 1500 lembar.

I Ketut Diarmita menyampaikan, untuk selanjutnya secara kontinyu petugas akan melakukan monitor di lokasi penampungan dan melakukan pendataan kembali bagi ternak yang baru masuk.

“Satgas PKH juga membuat liflet tentang bahaya pakan yang tercemar oleh abu vulkanik, serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi ternak ke tempat penampungan yang telah disiapkan”, kata I Ketut Diarmita.

“Selanjutnya, kita akan identifikasi kegiatan pertanian atau peternakan yang bisa dilakukan oleh peternak di tempat pengungsian karena kemungkinan erupsi akan berlangsung lama”, tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya