Pertamina EP Tingkatkan Pasokan Gas ke Fasilitas Pondok Makmur

Saat ini, CTDP mengalirkan gas (gas in) ke Block Station Pondok Makmur sebesar 6,4 MMSCFD.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Des 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2017, 20:00 WIB
pertamina-ep--121122c.jpg
Pertamina EP

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina EP akan meningkatkan pasokan gas ke fasilitas produksi utama (Block Station) Pondok Makmur, Bekasi, Jawa Barat. Pasokan gas akan ditingkatkan hingga 14 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, peningkatan pasokan gas tersebut berasal dari Cikarang Tegal Pacing Development Project (CTDP) yang dioperatori oleh anak perusahaan PT Pertamina (Persero).

Saat ini, CTDP mengalirkan gas (gas in) ke Block Station Pondok Makmur sebesar 6,4 MMSCFD.

“Proses gas ini sejalan dengan kebijakan manajemen PT Pertamina (Persero) untuk mempercepat monetisasi temuan eksplorasi di struktur Tegal Pacing," kata Nanang, di Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Gas dari CTDP dikumpulkan di Block Station Pondok Makmur Bekasi, yang memiliki kapasitas produksi mencapai 42 MMSCFD dan sekitar 4 ribu barel likuid per hari. Gas kemudian dipasok untuk memenuhi kebutuhan pembeli domestik.

Gas dari Block Station Pondok Makmur disalurkan ke beberapa perusahaan, diantaranya adalah PT Pembangkitan Jawa Bali Muara Tawar sebanyak 20 MMSCFD untuk kebutuhan listrik dan PT Pertamina Gas (Pertagas) sebesar 3,5 MMSCFD, untuk dijadikan LPG.

Dia menjelaskan, produksi gas dari Pondok Makmur dikerjasamakan dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Bekasi. Sementara itu, kondensat yang diproduksi Lapangan Pondok Makmur digunakan untuk kebutuhan Pertamina.

General Manager CTDP Indra Priyatna mengatakan, pengembangan lapangan Cikarang-Tegal Pacing mampu mengalirkan gas mencapai 14 MMSCFD, dengan masa produksi selama tujuh tahun.

Sedangkan total cadangan diperkirakan bertahan hingga masa kontrak Pertamina EP sebagai KKKS berakhir pada 2035.

“Target produksi sebesar 14 MMSCFD tersebut diproyeksikan didapatkan dari enam sumur. Dan Alhamdulillah saat ini, dari dua sumur yang sudah mengalir, yaitu Sumur TGP-03 dan Sumur TGP-05, total produksi mencapai 6,4 MMSCFD,” ungkapnya.

 

Proyek Paku Gajah Penuhi Kebutuhan Gas di Sumbagsel

PT Pertamina EP, berupaya memenuhi tingginya kebutuhan gas di Sumatera Bagian Selatan dengan mengoperasikan Proyek Pengembangan Paku Gajah atau Paku Gajah Development Project (PGDP). Investasi proyek ini mencapai US$145,10 juta dari proyeksi awal sebesar US$ 147,53 juta.

Pengoperasian PGDP juga bertujuan mempercepat monetisasi aset Pertamina EP sehingga mendapatkan potensi eksplorasi di Struktur Pagardewa, Karangdewa, Prabumenang, Tasim, Pemaat, Kuang Selatan, Lavatera, dan Piretrium dapat diproduksi secara ekonomis.

Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, PGDP merupakan integrasi dari fasilitas produksi yang telah ada, yaitu Metering Pagardewa, Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau, SP Kuang Existing, dan SP PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

Total kapasitas produksi PDGP sebesar 70 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD), terdiri atas 45 MMSCFD dari SPG Paku Gajah dan 25 MMSCFD dari SPG Kuang.

“PGDP memiliki dua fasilitas produksi, yaitu SPG Paku Gajah dan SPG Kuang, serta jalur pipa trukline berdiameter 12 inchi sepanjang 23 kilometer dari SPG Paku Gajah ke CO2 Removal Existing SPG Merbau,” ujar Nanang dalam keterangannya, Rabu (6/12/2017).

Nanang mengatakan, kebutuhan gas di Sumatera Bagian Selatan cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), total kebutuhan gas di Sumatera Selatan saja tahun ini mencapai 1.013,9 MMSCFD.

Namun, commited demand baru 353,2 MMSCD. Sementara itu, allocated demand tercatat 330,7 MMSCD. Selain itu, ada potensi permintaan sekitar 330 MMSCFD untuk kebutuhan pembangkit listrik yang dikelola PLN maupun pembangkit listrik yang dikelola swasta (independent power producer/IPP) serta pasokan gas untuk jaringan gas kota.

“Untuk memenuhi kebutuhan pasar gas yang cukup besar di Sumsel dan memperpanjang masa produksi (plateau), kami mengembangkan lapangan migas secara terintegrasi di sekitar area Paku Gajah dengan melakukan pemboran eksplorasi dan pengembangan PGDP,” dia menjelaskan.

 

PGDP berada di dua kabupaten, yaitu Muara Enim dan Ogan Komering Ulu, dikelola oleh Pertamina EP Asset II, unit operasional Pertamina EP. Gas yang dihasilkan dari SPG Paku Gajah dan SPG Kuang disalurkan ke konsumen PGN maupun konsumen gas lainnya di Sumatera Selatan.

PGDP menggunakan fasilitas produksi yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur-sumur eksplorasi maupun dari sumur pengembagan PGDP yang telah dibor sejak 2010.

“Beberapa pemboran sumur pengembangan dilakukan sejak 2010 melalui tahapan Put On Production (POP) dan pada 2013 dilanjutkan dengan pemboran pengemban melalui tahapan Plan of Development (POD) yang telah disetujui SKK Migas pada Januari 2013,” ujarnya.

Realisasi produksi PGDP sebesar 52,4 MMSCFD (year to date) dan kondensat sebesar 861 BCPD. Sementara itu, target dalam RKAP 2017 sebesar 45,10 MMSCFD dan kondensat 806 MMSCFD.

Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam menjelaskan Pertamina berkomitmen untuk memberikan kontribusi secara maksimal kepada negara dan pemerintah daerah yang memiliki potensi migas.

Syamsu berharap dengan adanya dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, aktivitas operasi perusahaan dalam mencari dan memproduksikan migas dapat berjalan lancar dan kebutuhan energi di Indonesia dapat terpenuhi.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, mengatakan, proyek Paku Gajah penting untuk menjamin pasokan gas bagi kebutuhan domestik. Dengan beroperasinya PGDP diharapkan mendorong tumbuhnya ekonomi Sumatera Selatan dan menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang lebih besar yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

“Industri hulu migas berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan gas domestik demi kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya