Peringkat Utang Membaik, Pemerintah Tak Mau Gegabah Tarik Utang

Sri Mulyani mengungkapkan, penerbitan surat utang yang akan dilakukan pemerintah akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Des 2017, 19:05 WIB
Diterbitkan 22 Des 2017, 19:05 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)
Liputan6.com, Karangasem Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan tidak akan mengubah besar surat utang untuk 2018. Meski lembaga pemeringkatan internasional Fitch Rating telah menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB.
 
Sri Mulyani mengungkapkan, penerbitan surat utang yang akan dilakukan pemerintah akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya.  "Tidak, kita akan tetap melakukan seperti biasa," ujar dia di Karangasem, Bali, Jumat (22/12/2017).
 
 
Selain itu, menurut dia pemerintah juga akan menjalankan terlebih dulu Undang-Undang (UU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Hal ini sambil melihat kondisi keuangan negara di tahun depan.
 
"Saya tidak akan memperbesar (surat utang). UU APBN saja baru kita mulai 1 Januari," tandas dia.
 
Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings mendongkrak peringkat Long Term Foreign dan Local Currency Issuer Default Rating Indonesia  menjadi BBB dari sebelumnya BBB- dengan outlook stabil.

Mengutip laman Fitch Ratings, kenaikan peringkat utang Indonesia itu didukung ketahanan Indonesia terhadap guncangan eksternal atau faktor global dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, kebijakan makro ekonomi secara konsisten untuk menjaga stabilitas. Kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak pertengahan 2013 juga membantu menopang cadangan devisa Indonesia menjadi US$ 126 miliar.

Fitch juga menilai, Indonesia mampu disiplin menjaga kebijakan moneternya sehingga membatasi dampak dari aliran dana investor asing yang keluar dari Indonesia. Ditambah langkah makro untuk berhati-hati menekan utang luar negeri terutama perusahaan serta pendalaman pasar keuangan juga membantu stabilitas pasar lebih baik.

Selain itu fokus menstabilkan makro ekonomi juga terlihat dalam anggaran yang kredibel dalam beberapa tahun sebelumnya.

Meski ketahanan Indonesia membaik, Fitch melihat Indonesia juga hadapi tantangan eksternal yang tetap ada termasuk potensi tekanan pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.

Ditambah, ketergantungan Indonesia terhadap komoditas juga masih relatif tinggi. Sedangkan tantangan dari dalam negeri, Indonesia akan hadapi tahun politik. Kemungkinan kondisi politik dapat jadi gangguan dalam membuat kebijakan ekonomi terutama jelang pemilihan kepala daerah 2018 dan pemilihan presiden pada 2019. Ini merupakan sentimen domestik yang dapat ganggu pasar.

Pemerintah Indonesia juga masih hadapi tantangan untuk memperbaiki lingkungan bisnis. Meski demikian langkah-langkah untuk mempermudah keizinan berusaha membuahkan hasil dengan peringkat Indonesia naik tajam ke posisi 72 dari 192 negara terkait kemudahan berusaha.

Reformasi yang dilakukan Indonesia tampaknya berkontribusi terhadap aliran dana investor asing masuk ke Indonesia. Fitch memperkirakan aliran dana investasi asing secara langsung dapat menutupi defisit transaksi berjalan dalam beberapa tahun ke depan.

Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih kuat di antara negara lainnya. Fitch prediksi PDB Indonesia akan naik menjadi 5,4 persen pada 2018 dan 5,5 persen pada 2019 dari 5,1 persen pada 2017. Indonesia dapat keuntungan dari kenaikan perdagangan global dan stabilnya harga komoditas.

Ditambah belanja infrastruktur publik lebih tinggi, biaya pinjaman lebih rendah dan pelaksanaan reformasi struktural membuat Indonesia lebih kuat.

Beban utang pemerintah termasuk rendah sebesar 28,5 persen dari PDB pada 2017 seperti diharapkan Fitch juga jadi katalis positif. Pemerintah mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3 persen dari PDB. Ini membantu kepercayaan investor di Indonesia.

Target defisit pemerintah diperkirakan 2,2 persen dari PDB menunjukkan pendekatan konservatif. Fitch yakin kenaikan defisit cenderung stabil di 2,7 persen dan bertahan di batas maksimum 3 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 
 
 

BI Sambut Baik Fitch Rating

Adapun Bank Indonesia (BI) menyambut baik keputusan Fitch Ratings yang menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB dari sebelumnya BBB- dengan outlook stabil.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bukan perkara mudah Indonesia untuk mencapai rating yang saat ini diterima. Sebenarnya Indonesia pernah mencapai rating BBB pada 1995, tapi seiring terjadinya, krisis rating tersebut kembali turun ke BBB-.

"Kalau kredit rating BBB tanpa minus, BBB minus itu investment grade, BBB tanpa minus itu kita ada upgrade lagi dan itu kita pernah mencapainya tahun 1995. Kemudian pada waktu ekonomi di 1997 itu sudah agak turun ke BBB- kemudian krisis 1998. Jadi kita perlu waktu 22 tahun," papar Mirza di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (22/12/2017).

Tidak hanya itu, dengan peningkatan rating ini Mirza memastikan bakal meningkatkan kepercayaan investor asing untuk masuk ke pasar keuangan domestik. Hal itu seiring dengan bertambahnya kepercayaan investor terhadap kemampuan Indonesia membayar utang.

"Jadi analisis mereka (Fitch), persepsi mengenai pengelolaan ekonomi Indonesia direfleksikan ke dalam rating. Kalau credit rating BBB tanpa minus, artinya ada upgrade sekali di posisi investment grade," ujar Mirza.

Fitch Ratings menaikkan peringkat menjadi BBB dengan outlook stabil terhadap Indonesia menunjukkan fundamental ekonomi dan kemampuan negara untuk membayar utang semakin membaik. Pada akhirnya, kondisi itu meningkatkan kepercayaan asing untuk berinvestasi.

"Fitch sekali lagi terlebih dahulu melakukan upgrade terhadap credit rating Indonesia. Ini menunjukkan kepercayaan dunia internasional," tutur Mirza.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya