Arab Saudi dan China Jadi Saingan RI buat Gaet Investor

Anjloknya harga minyak dunia membuat Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak melakukan berbagai strategi‎, salah satunya mencari investor

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Des 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2017, 10:00 WIB
Raja Salman merupakan kepala negara Arab Saudi pertama yang menjejakkan kaki di Rusia
Raja Salman merupakan kepala negara Arab Saudi pertama yang menjejakkan kaki di Rusia (AP Photo/Ivan Sekretarev)

Liputan6.com, Jakarta - Anjloknya harga minyak dunia membuat Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak melakukan berbagai strategi‎, salah satunya mencari investor. Kondisi ini menjadi saingan Indonesia dalam menggaet investasi baru.

Direktur Investoer Relation & Chief Economist PT Bahana TWC Investment Management Budi Hikmat mengatakan,‎ akibat perang antara minyak mentah konvensional dan Shale, membuat harga minyak merosot hingga di bawah US$ 40 per barel pada akhir tahun 2015.

"Selanjutnya terlihat pasokan produsen Amerika Serikat menurun yang diduga akibat menurun-nya keuntungan sejalan dengan penurunan harga jual. Namun, kemudian terlihat pasokan dari kedua sumber meningkat, yang menyebabkan harga minyak relatif stabil pada kisaran US$ 50 per barel," kata Budi, dalam catatan akhir 2017‎ PT Bahana TWC Investment Management, di Jakarta, Minggu (24/12/2017).

Akibat penurunan harga minyak, terjadi efisiensi pada semua produsen, termasuk shale oil, yang menaikkan pasokan energi. Perlu disadari sektor energi cenderung bersifat padat modal (capital intensive), sehingga kurang menyerap tenaga kerja.

"Angka pengangguran relatif tinggi, malah mencapai 30 persen penduduk berusia muda di Saudi Arabia," tutur dia.

Dia mengungkapkan, kebanyakan negara anggota OPEC membelanjakan rezeki minyak dalam bentuk subsidi kepada masyarakatnya. Subsidi ini tidak ada masalah bila harga minyak masih tinggi, namun kejatuhan harga minyak dengan cepat menimbulkan masalah baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Posisi fiskal banyak negara langsung defisit.

Saudi Arabia, misalnya, membutuhkan harga minyak US$ 90 per barel agar posisi fiskal tidak defisit. Arab Saudi saat ini mengalami defisit anggaran sekitar 15 persen PDB.

Untuk pembiayaan defisit itu, Saudi Arabia ‎belum lama menerbitkan sukuk senilai US$ 20 miliaruntuk menyeimbangkan penggerak ekonomi sekaligus untuk mencegah gejolak sosial, termasuk fenomena Arab Spring, Saudi Arabia menggelar reformasi struktural yang dikenal sebagai Vision 2030.

Kementerian Tenaga Kerja mendapat mandat target dan kinerja terbanyak guna memperkuat kualitas dan daya saing sumber daya manusia. Saudi Arabia menargetkan rasio debt to GDP menjadi 30 persen pada 2020 dari posisi sekarang, yaitu 7,7 persen.

Dengan begitu, ini berarti Arab Saudi, bersama China, akan menjadi pesaing Indonesia dalam menarik investor asing. Kedua negara ini menikmati peringkat yang lebih tinggi ketimbang Indonesia.

"Memang nominal yield obligasi kita relatif lebih tinggi dibandingkan keduanya. Peluang cuan kita akan lebih ditentukan oleh penurunan yield spread terhadap T-Bond, yang jelas mencerminkan perbaikan struktural dalam pengelolaan utang dan pajak, kepastian hukum, dan kemudahan berinvestasi di Indonesia," papar dia.

Arab Saudi juga diberitakan akan menggelar IPO Aramco sebesar 5 persen, dengan harapan me-raup dana sekitar US$ 5 triliun. Angka ini lebih dari lima kali PDB Indonesia saat ini. Mereka mengapitalisasi dana cadangan minyak yang dikelola melalui sovereign wealth fund. Dana itu termasuk digunakan untuk investasi di banyak negara.

"Saya duga muatan kunjungan Raja Salman ke Indonesia terkait dengan rencana IPO Aramco dan peluang investasi di Indonesia. Ya, ini berarti tugas kita memastikan dana sovereign wealth Saudi Arabia benar-benar dapat diinvestasikan di Indonesia," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Pangeran Arab Saudi Beli Rumah Termahal di Dunia

Putera Mahkota Arab Saudi Beli Rumah Termahal Dunia, Berapa Harganya?
Putera Mahkota Arab Saudi Beli Rumah Termahal Dunia, Berapa Harganya?

Sebelumnya, Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman membeli rumah termahal di dunia yang terletak di Versailles, Louveciennes, Prancis. Rumah bergaya Eropa dengan halaman super luas tersebut kabarnya dibeli dengan nilai fantastis, US$ 400 juta atau Rp 5,42 triliun (kurs US$ 1: Rp 13.568).

Dilansir dari New York Times, Selasa 18 Desember 2017, rumah tersebut dibangun selama tiga tahun oleh Emad Khasoggi yang merupakan keponakan dari pengusaha senjata, Adnan Khasoggi. Sebelum disulap jadi rumah super mewah, bangunan tersebut merupakan kastil tak terurus dari abad ke-19.

Selain memiliki fasilitas papan atas, seluruh perlengkapan di rumah ini juga sudah tersambung secara online. Artinya, semua lampu, listrik, air hingga air mancur bisa dikontrol pemilik via ponsel pintar.

Di bagian bawah, rumah tersebut dilengkapi dengan akuarium super raksasa yang bisa dinikmati dari salah satu kamar yang ada.

Di dalamnya, semua kemewahan tersedia. Rumah itu dilengkapi gudang penyimpanan wine. Ada pula bioskop, kolam renang outdoor maupun indoor, bahkan dilengkapi ruangan yang bisa disulap jadi klub malam.

Selebritas papan atas dunia Kim Kardashians sempat ingin mengadakan pesta pernikahan di rumah tersebut. Terungkapnya pemilik rumah itu adalah dari hasil penelusuran dari New York Times.

Hasil investigasi mengarahkan pemilik rumah adalah perusahaan investasi bernama Eight Investment Company yang merupakan milik Pangeran Mohamed.

Segala kemewahan yang dimiliki Sang Putra Mahkota tentu berbalik 180 derajat yang selama ini ia lakukan. Seperti diketahui sebelumnya, calon Raja Arab ini sempat membuat geger dunia internasional dengan menangkap belasan pejabat dan miliarder yang terduga terlilit kasus korupsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya