Jokowi: Bukan Lagi Saatnya untuk Pesimis dan Wait and See

Presiden Jokowi meminta kepada seluruh pelaku usaha untuk optimistis terhadap kondisi Indonesia. Jangan pesimistis dan wait and see.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Des 2017, 18:09 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 18:09 WIB
Jokowi Tinjau Pergerakan IHSG di BEI
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani saat tiba di Bursa Efek Indonsia, Jakarta, Selasa (4/7). Kedatangan Jokowi tersebut untuk melihat pergerakan IHSG pasca Idul Fitri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengajak masyarakat dan para pelaku usaha untuk optimistis terhadap perekonomian Indonesia di tahun-tahun mendatang. Dia mengingatkan bahwa saat ini bukan saatnya lagi untuk pesimistis, serta hanya melihat dan menunggu (wait and see). 

Jokowi mengungkapkan, dalam satu tahun terakhir, hampir semua risiko yang telah diproyeksikan di awal tahun bakal terjadi dan mengganggu perekonomian Indonesia. Namun terbukti, hingga akhir tahun, semua risiko tersebut bisa dilewati dengan baik.

"Kita wanti-wanti akan meledak, ternyata bisa kita lewati dengan baik. Kita ini senang kalau ada kabar-kabar yang mengkhawatirkan, menikmati, terus menjadikan kita pesimis," ujar dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (29/12/2017).

Selain itu, sejak 2015, lanjut Jokowi, banyak pihak menyebut jika investor akan wait and see untuk menanamkan modal di Indonesia. Alasannya lantaran ada pemilihan kepala daerah (pilkada), sehingga dikhawatirkan kondisi di dalam negeri kurang kondusif.‎

"Dulu di 2015 ngomongnya wait and see karena Pilkada. Lalu 2016 ada pilkada wait and see. Tahun 2017 ada pilkada wait and see. Tahun depan ada pilkada wait and see. Tahun depannya lagi ada Pilpres wait and see. Politik biarlah politik, mari kita garap bersama sama urusan ekonomi," kata dia.

Oleh sebab itu ke depan, Jokowi berharap tidak ada lagi yang wait and see dan pesimistis. Sebab, jika terus begitu, maka ekonomi Indonesia akan sulit maju.

‎"Ini yang buat saya tidak senang, angka-angkanya sudah disampaikan Dirut Bursa Efek Indonesia, Pak Ketua OJK. Kenapa momentum sebagus ini tidak digunakan sebaik-baiknya dan secepatnya. Memang yang asyik itu, jualan berita nakut-nakutin. Tapi kalau kita terjebak pada risiko, kita akan kehilangan peluang, kesempatan, secara cepat, padahal datangnya hanya sekali," tandas Jokowi. 

Jokowi Beberkan Data Perbaikan Ekonomi RI kepada 100 Ekonom

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan data-data perbaikan ekonomi Indonesia dalam tiga tahun di bawah pemerintahannya. Mulai dari capaian peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB), realisasi penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri, sampai capaian kinerja ekspor.

"Dalam tiga tahun, banyak kemajuan yang telah dicapai di bidang ekonomi," kata Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12/2017).

Dia menjelaskan, tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni Moody's, Fitch Ratings, serta Standard & Poor's telah memberikan peringkat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia, peringkat daya saing global Indonesia pun lompat dari 41 menjadi posisi 36 dari 137 negara.

"Peringkat EoDB yang terus saya kejar, meski ada peningkatan dari peringkat 120 pada 2014 menjadi posisi 72 di tahun ini. Ini adalah lompatan sangat besar dalam tiga tahun ini, tapi target saya bukan 72, saya sudah perintahkan ke Menko Perekonomian ke level 40 di 2019," terangnya.

Jokowi meminta masyarakat dan dunia usaha optimistis dengan ekonomi Indonesia. "Kalau melihat angka-angka itu, kita harus optimistis. Negara lain saja lihat perkembangan ekonomi kita optimistis, kenapa kita sendiri malah tidak optimistis," ujar mantan Wali Kota Solo itu.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III-2017 disumbang oleh ekspor barang dan jasa sebesar 17,27 persen, investasi cukup besar sebesar 7,11 persen, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga 6,01 persen, konsumsi rumah tangga 4,93 persen, dan konsumsi pemerintah 3,46 persen.

Pertumbuhan tertinggi, sambungnya, dicapai sektor jasa komunikasi dan informasi 9,80 persen, jasa lainnya 8,71 persen, transportasi dan pergudangan 8,25 persen, dan jasa perusahaan 9,87 persen.

"Penerimaan PPN dalam negeri dari Januari sampai Desember 2017, tumbuh 12,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dua tahun lalu hanya tumbuh 2,9 persen. Artinya kalau PPN tumbuh 12,1 persen ada transaksi dan kegiatan ekonomi yang dipotong," terangnya.

Jumlah turis yang datang ke Indonesia, dia menambahkan, mencapai 10,46 juta atau naik 25,05 persen dibanding periode yang sama 2016 hanya 8,36 juta kunjungan.

Sementara nilai ekspor sangat menggembirakan. Di Januari-September ini, kinerja ekspor mengalami kenaikan 17,63 persen atau sekitar US$ 123,36 milair dolar AS dibanding periode yang sama 2016. Ekspor nonmigas naik 17,37 persen atau mencapai US$ 125,6 miliar.

"Sebuah catatan yang saya terima. Ini sebuah rekor, bahkan lebih tinggi pencapaiannya saat booming komoditas," pungkas Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya