Lelang Berakhir, 5 Blok Migas RI Diminati Investor

Kementerian ESDM menutup periode lelang 15 blok migas. Hasilnya ada 5 yang dilirik investor dalam dan luar negeri.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Des 2017, 19:15 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 19:15 WIB
20160727-Menteri ESDM Arcandra Tahar -Jakarta
Arcandra Tahar menjadi Menteri ESDM menggantikan Sudirman Said (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menutup lelang 15 Wilayah Kerja (WK) Minyak dan Gas Bumi‎ (Migas) tahap 1 2017. Dari proses tersebut ada 13 perusahaan berminat mengambil dokumen lelang.

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan sudah menutup masa pengambilan dokumen lelang WK atau blok migas tahap I 2017 pada hari ini (29/12/2017), setelah mengalami beberapa kali perpanjangan batas waktu karena menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2017, tentang perpajakan bagi hasil atas produksi migas gross split.

"Pemasukan dokumen partisipasi 29 Desember ini. Dalam prosesnya terjadi perpanjangan, karena beberapa hal yang salah satunya masalah PP perpajakan gross split,"‎ kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/12/2017).

Dari 15 WK migas yang dilelang, terdiri dari 5 WK Migas non konvensional dan 10 WK Migas konvensional. Mekanisme lelang 7 WK lelang penawaran langsung dan 3 penawaran reguler.

Arcandra mengungkapkan, dari 7 WK Migas konvensional dengan penawaran langsung, ada 5 blok yang diminati. Sebanyak 20 dokumen lelang telah diakses oleh 13 ‎perusahaan migas dari luar dan dalam negeri. Perusahaan tersebut di antaranya adalah Mubadala Petroleum meminati Blok Andaman I.

Repsol Exsploración SA, EMP TBK dan Konsorsium Premier Oil Far East Ltd, Mubadala Petroleum, serta Kris Energy meminati Blok Andaman II. PT Tansri Madjid Energy meminati Blok Merak Lampung, PT Saka ‎Energi Indonesia meminati Blok West Yamdena.

‎"Untuk WK penawaran langsung diminati 5 WK dari 7 WK. Itu diakses dan diajukan oleh penawaran beberapa perusahaan," tuturnya.

Ada 2 WK migas konvensional penawaran langsung yang tidak diminati adalah South Natuna dan Kasuri III. Untuk 3 WK konvensional lelang reguler yang tidak diminati adalah Blok Tongkol, East Tanimbar, dan Membramo.

Sedangkan dari 5 WK Migas non konvensional‎ yang dilelang tahap I 2017, yang diminati hanya 2 blok, yaitu MNK Jambi I dan MNK Jambi II. Sementara 3 blok lain GMB Raja, GMB Bungamas, dan GMB West Air Komering tidak diminati.

Meski dari 15 blok migas yang dilelang tahap I 2017 hanya diminati 5 blok‎. Arcandra mengklaim hal tersebut jauh lebih baik ketimbang lelang yang dilakukan pada 2 tahun belakangan ini. Pasalnya, tidak ada perusahaan yang meminati.

Adapun blok yang dilelang oleh pemerintah tercatat terdapat 15 blok migas, sebanyak 10 blok migas konvensional ini memiliki potensi cadangan minyak sekitar 830 juta barel dan gas 22 triliun kaki kubik. Sementara potensi minyak untuk 5 blok migas non konvensional sekitar 640 juta barel dan gas 17 triliun kaki kubik.

Tonton Video Menarik di Bawah Ini

Pertamina Tinggal Menghitung Hari Jadi Operator Blok Mahakam

PT Pertamina (Persero) tinggal menghitung hari untuk menjadi operator Blok Mahakam, usai selama 50 tahun blok minyak dan gas (migas) tersebut dikuasai perusahaan asing.

Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia, Bambang Manumayoso mengatakan, ‎pengelolaan ini menjadi tonggak penting bagi Pertamina. Pasalnya, Blok Mahakam adalah penghasil migas terbesar di Indonesia saat ini, dengan melampaui produksi kontraktor kontrak kerja sama asing Chevron Pacific Indonesia dan ExxonMobil Oil Indonesia.

"Dari Blok Mahakam, Pertamina diperkirakan akan memberikan tambahan kontribusi sekitar 34 persen dari total produksi migas secara nasional," kata Bambang, di Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Nantinya, pengelolaan Blok Mahakam akan dilaksanakan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Sementara PHI adalah anak perusahaan Pertamina.

Pada awal ditemukan, Blok Mahakam bukan wilayah kerja migas biasa. Cadangan yang terdapat di cekungan Kalimantan Timur itu diprediksi mencapai sekitar 50 triliun kaki kubik (TCF) gas dan 5 miliar barel (BBLS) minyak.

Kontrak kerja sama Blok Mahakam ditandatangani antara pemerintah dan kontraktor kontrak kerja sama Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation pada 1966 dengan jangka waktu selama 30 tahun.

Pada 1974, produksi minyak pertama Blok Mahakam dari Lapangan Bekapai mulai dilakukan. Selanjutnya, pada 1997, kontrak kerja sama selama 30 tahun pertama berakhir dan diperpanjang untuk 20 tahun atau berlaku hingga 2017.

Pada 2008, Total E&P Indonesie kembali mengajukan perpanjangan kontrak ke pemerintah. Di sisi lain pada 2009, Pertamina juga menyampaikan surat keinginan mengelola Blok Mahakam.

Akhirnya, pemerintah menetapkan kontrak kerja sama Mahakam dengan Total E&P Indonesie tidak diperpanjang dan selanjutnya menunjuk Pertamina sebagai pengelola baru.

Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam kini masih menyisakan cadangan 57 juta barel minyak, 45 juta barel kondensat, dan 4,9 TCF gas.Sejak produksi dimulai pada 1974, Mahakam masih terus menghasilkan migas.

Dalam RAPBN 2018, PHM ditargetkan untuk dapat berproduksi pada kisaran 1100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 48.000 barel per hari (BOPD) minyak.

Strategi Jaga Produksi

Bambang pun pun optimis Pertamina bisa menjaga tingkat produksi di Blok Mahakam setelah 1 Januari 2018. Berbagai persiapan dan strategi untuk tetap menjaga produksi migas Blok Mahakam telah dilakukan. 

Langkah itu diantaranya dengan memastikan keberlangsungan kegiatan pengeboran dan well intervention pada saat peralihan dari Total E&P Indonesie ke Pertamina pada 1 Januari 2018.

Persiapan dan strategi tersebut juga dilakukan dengan senantiasa mengedepankan aspek quality, health, safety, security, and environment (QHSSE), menjaga dan meningkatkan produksi untuk ketahanan energi nasional, mengembangkan SDM yang ada, dan meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi yang semuanya bermuara pada penguatan bisnis sektor hulu.

Beberapa persiapan yang sudah dilakukan Pertamina antara lain transfer pekerja Total E&P Indonesia, yang sudah mendandatangani perjanjian kerja dengan Pertamina, mencapai 98,23 persen.

Kemudian melakukan pengeboran 14 unit sumur dari program 15 sumur pada 2017 dengan pencapaian HSSE yang baik.Pertamina juga berhasil menekan biaya pengeboran sumur hingga lebih efisien 23 persen terhadap anggaran yang direncanakan, mencatat waktu pengeboran lebih cepat hingga 25 persen.

Selain itu, mendapatkan potensi penambangan cadangan hingga 120 persen, memperoleh penambahan ketebalan reservoir sebesar 115 persen, dan pelaksanaan mirroring contract atas persetujuan SKK Migas untuk mempercepat proses kontrak dengan pihak ketiga penunjang operasi Blok Mahakam senilai US$ 1,2 miliar.

Menurut Bambang, semua langkah persiapan dan strategi tersebut memang bukan hal yang mudah dilakukan. Namun Pertamina bersama otoritas terkait dan operator eksisting berupaya yang terbaik memastikan semua proses berjalan dengan lancar.

“Kami yakin bisa. Dan, sejauh ini sudah bisa membuktikannya dengan adanya pengeboran yang sesuai target, namun biaya lebih efisien dan waktu pengeboran lebih cepat. Ini adalah bukti bahwa dengan kerja sama berbagai pihak, alih kelola Blok Mahakam ini akan berjalan baik” dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya