Liputan6.com, Jakarta Pengusaha properti dan pengamat sepakat sektor properti masih akan tumbuh walaupun tipis di 2018. Namun pertumbuhan tersebut harus diupayakan sekuat tenaga oleh pengembang antara lain dengan meningkatkan kreativitas produk.
Presiden Direktur Eureka Group, Lukman Purnomosidi memperkirakan di tahun depan pengembang masih harus berjuang keras karena kondisi makro ekonomi yang belum membaik. Meski diperkirakan likuiditas perbankan cukup bagus, namun gairah pasar diakui masih belum terlalu menggembirakan.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi itu membuat persaingan pasar masih cukup ketat karena permintaan pasar masih melemah terutama di segmen menengah dan menengah bawah akibat tekanan biaya hidup yang terus meningkat.
Sementara di segmen menengah atas, pasar kurang bergairah karena gairah investasi sedang merosot.
“Ini tentu sekaligus menjadi tantangan bagi pengembang untuk melakukan berbagai kreasi dan inovasi produk. Hanya produk properti berkualitas yang laku di pasaran tahun depan,” kata dia kepada Liputan6.com, Minggu (31/12/2017).
Di 2018, sektor hunian terutama apartemen diyakini masih bakal menjadi andalan pelaku usaha properti untuk mendulang rezeki. Menurut Lukman Purnomosidi, asalkan lokasinya baik dan konsepnya unik disukai pasar, pasar apartemen paling punya peluang di tahun depan.
Bahkan di Jakarta, dia memprediksi pasar apartemen akan lebih marak dengan adanya Program DP Nol Persen yang akan diluncurkan Anies-Sandi.
Lebih lanjut dia menambahkan, menyikapi situasi 2018 maka bagi pengembang yang sudah running, dimana sudah siap konsep dan pendanaannya, di tahun depan berpeluang paling besar untuk mencapai penjualan yang lebih baik, dibandingkan yang belum membangun.
Eureka Group misalnya, tahun depan memilih tetap melanjutkan proyek-proyek eksisting seperti Kemang Penthouse, Bogorienze Resort Condotel di Bogor dan Apartemen University Resort di Bogor yang merupakan kerjasama dengan IPB.
“Sementara untuk pasar perkantoran tampaknya masih lemah, karena supply perkantoran eksisting masih banyak stok,” papar Ketua Kehormatan DPP Realestat Indonesia (REI) tersebut.
Tahun Politik
Meski pasar industri diyakini terus menuju recovery, namun pelaku usaha diminta tetap mengantisipasi ketegangan dan gejolak politik menjelang Pilpres 2019 yang kemungkinan semakin terasa di pertengahan tahun depan.
“Gejolak politik terlebih suasana Pilpres pasti memengaruhi ekonomi, termasuk pasar properti. Efeknya bisa optimisme atau sebaliknya pesimisme. Kalau misalnya terlalu banyak drama politik yang terlalu vulgar dan ngawur tentu akan menimbukan ketidakpastian yang berimplikasi negatif terhadap pasar,” ungkap Lukman.
Associate Director of Research Colliers International Indonesia,Ferry Salanto, berpendapat dampak dari pelaksanaan Pilpres terhadap pasar properti pernah terjadi pada 2014. Ketika itu pasar properti melambat karena banyak investor wait and see menunggu pemenang Pilpres. Meski perlambatan saat itu juga dipengaruhi oleh situasi ekonomi global yang juga melambat.
“Saya kira (tahun politik) tetap berimbas terhadap pasar, apalagi kalau lawan Jokowi nanti diperhitungkan sama kuat seperti 2014 lalu, akan membuat ketidakpastian. Semua pelaku usaha pasti menunggu siapa yang terpilih,” kata Ferry.
Hingga jelang penutupan tahun 2017, menurut dia, pasar properti di Indonesia masih terlihat bergerak ke arah positif, meski belum mampu melaju kencang. Beberapa sektor seperti residensial dan perkantoran mulai menunjukkan pertumbuhan permintaan yang berarti. Pemulihan (recovery) sudah terjadi, namun masih sangat lemah dan selektif.
“Karena sepanjang 2017 sewa apartemen melesu, maka investor banyak menahan diri, meski pun untuk proyek-proyek apartemen yang bagus mereka tetap melakukan pembelian. Biasanya investor akan membeli dengan harga yang sesuai, jadi bukan sekadar masalah murah atau mahal,” kata Ferry.
Advertisement