Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan Indonesia akan menyelesaikan sejumlah perundingan perjanjian kerja sama perdagangan internasional pada 2018.
Dengan mulai berjalannya perjanjian perdagangan tersebut, diharapkan bisa meningkatkan ekspor Indonesia ke depannya.
Baca Juga
Dia mengungkapkan, perjanjian kerja sama perdagangan internasional yang ditargetkan bisa mulai berjalan pada tahun ini antara lain dengan Australia pada Maret 2018. Kemudian European Free Trade Association (EFTA) Countries yang perundingannya ditargetkan selesai di semester I 2018.
Advertisement
"Dengan Australia InsyaAllah tahun ini, kemudian EFTA, dengan Chile sudah, dengan Pakistan kita lihat," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Selain itu, Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Iran pada semester I 2018. Kemudian kerja sama dengan Uni Eropa pada November 2018, ASEAN Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada November 2018.
Kemudian, perjanjian kerja sama perdagangan yang tengah dikaji ulang dan diharapkan bisa selesai proses kajiannya pada tahun ini yaitu dengan Jepang (IJEPA) pada Agustus 2018, dengan Pakistan (PTA) pada Oktober 2018, Indo-Malay Border Trade Agreement pada Maret 2018.
Selanjutnya, dengan Turki pada Oktober 2018, dengan Nigeria (Ecowas) ada Desember 2018, dengan Mozambique pada Desember 2018, dengan Maroko pada Agustus 2018, dengan Afrika Selatan (SACU) pada Desember 2018, dengan Sri Lanka pada Desember 2018.
"Ya (ini) sedang proses. Ya dipercepat, di internal kita juga harus ada kesepakatan, itu juga dari merekanya," dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemendag Targetkan Ekspor Naik 7 Persen pada 2018
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan ekspor 2018 tumbuh 5 persen-7 persen. Pada 2017, total ekspor Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 170,3 miliar.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto mengatakan untuk ekspor di 2017, meski belum dihitung hingga Desember, capaian telah lebih tinggi dibandingkan dengan capaian ekspor 2016. Berdasarkan data BPS, total ekspor hingga November 2017 mencapai US$ 153,9 miliar.
Sedangkan hingga Desember 2017, ekspor Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 170,3 miliar. Proyeksi tersebut terdiri dari US$ 15,5 miliar dan ekspor nonmigas US$ 154,8 miliar.
"Di 2017, saya juga menyampaikan kebanggaan bahwa capaiannya sangat positif dan nilai ekspor kita sebesar US$ 170,3 miliar meningkat dibanding 2016 yang US$ 145,2 miliar. Tapi ini (US$ 170,3 miliar) masih proyeksi, tapi hampir nyata. Mungkin akan berubah, tapi naik bukan turun (angkanya)," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis 4 Januari 2018.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Arlinda menyatakan, pada tahun depan pihaknya menargetkan kenaikan ekspor berkisar antara 5 persen-7 persen.
"Target 5 persen-7 persen. nilainya berapa, tergantung realisasi di Desember. Baru bisa hitung nilai targetnya dari realisasi akhir tahun nanti. Januari-November 2017 untuk nonmigas US$ 139 miliar lebih, jadi target 5,6 persen itu sudah tercapai. (Sampai) Desember akan lebih besar lagi," kata dia.
Untuk meningkatkan ekspor di 2018, lanjut Arlinda, Indonesia akan membuka pasar baru ke negara nontradisional. Kenaikan ekspor tersebut juga akan didukung oleh perjanjian kerja sama dagang dengan sejumlah negara pada tahun ini.
"Pak Menteri sudah melakukan misi dagang ke Afrika, Nigeria, Mesir, Chili, Rusia. Itu kita coba, kita lakukan kita akan ke negara lain di luar itu. Sekecil apapun celah akan kita lakuakn, dengan misi dagang cukup efektif. Taiwan, Kazakstan, Aljazair, India, Maroko, ASEAN yang cukup potensial ke Kamboja dan Vietnam, Jeddah. Ini beberapa saja. akan disesuaikan dengan akses pasar yang ada perundingan," tandas dia.
Advertisement