Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan pengoperasian sebagian tol listrik Sumatera di penghujung 2017, PLN juga mengoperasikan jaringan transmisi listrik dari Nagan Raya – Blang Pidie.
Jaringan listrik tegangan tinggi sepanjang 104,9 kilometer sirkit ini menggunakan 326 tower untuk menghantarkan listrik tegangan tinggi 150 kilo Volt (kV) yang juga didukung oleh beroperasinya Gardu Induk Blang Pidie 30 Mega Volt Ampere.
Direktur PLN Regional Sumatera Wiluyo Kusdwiharto mengatakan transmisi Nagan Raya–Blang Pidie mengalirkan listrik dari pembangkit yang ada di Nagan Raya sekaligus mampu menggantikan mesin diesel yang selama ini beroperasi memasok listrik di Aceh.
Advertisement
Baca Juga
"Transmisi yang baru beroperasi ini dapat menghemat Rp 91,4 miliar per tahun karena kehadirannya dapat menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel. Selain itu berpotensi menghasilkan pendapatan sebesar Rp 9,7 miliar dari kemampuannya melistriki 10 ribu pelanggan," jelas Wiluyo, seperti ditulis Minggu (7/1/2018).
Dua Trafo Tegangan Tinggi Beroperasi
Selain pengoperasian jaringan listrik, PLN pun dalam waktu hampir bersamaan berhasil mengoperasikan dua trafo tegangan tinggi di Sumatera.
Trafo IBT-2 Bangko, Jambi yang beroperasi pada 27 Desember 2017 lalu. Trafo ini dapat meningkatkan kehandalan sistem 150 kV di Jambi dan sebagai persiapan evakuasi daya dari PLTA Merangin dan PLTP Sungai Penuh yang rencana beroperasi pada 2024.
Berikutnya trafo IBT-2 Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, kapasitas 250 Mega Volt Ampere (MVA) beroperasi per 23 Desember 2017 yang lalu. Trafo ini dapat membantu fleksibilitas operasi dan pemeliharaan gardu induk di sistem Sumatera bagian selatan.
"PLN berhasil memperkuat kelistrikan di Sumatera dengan beroperasinya beberapa infrastruktur ketenagalistrikan di Sumatera. Pekerjaan ini kami gempur demi mempercepat pembangunan tol listrik Sumatera dan pastinya untuk mewujudkan Sumatera Terang," pungkas Wiluyo. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PLN Bangun PLTG di Aceh
Sebelumnya, PT PLN (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) mulai pembangunan pertama Mobile Power Plant (MPP) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Aceh Fase I sebesar 50 Megawatt (MW).
Proses pembangunan ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada 4 Januari 2018 di Desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar.
Kehadiran MPP PLTG Aceh ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada 27 September 2017, antara PT PLN (Persero) dengan PT PJB. Jumlah investasi yang dikeluarkan untuk proyek ini sebesar Rp 1,6 triliun.
Dalam sambutannya, Supriyadi menuturkan kondisi sistem ketenagalistrikan di Aceh masih perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini mengingat kondisi tertentu listrik masih kerap dipadamkan.
"Proyek MPP PLTG ini bukan karena daya pembangkit listrik yang terpasang di Aceh kurang, namun lebih disebabkan oleh terjadinya gangguan atas beberapa unit pembangkit," ujar dia pada Kamis 4 Januari 2018.
Sistem ketenagalistrikan di Aceh sendiri saat ini masih tersambung dengan yang ada di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), sehingga pasokan listrik dari Aceh juga akan dipergunakan apabila terjadi gangguan di daerah lain.
"Begitu juga sebaliknya, jika terjadi gangguan pembangkit listrik di Aceh, maka sebagian pasokan listrik dari daerah lain digunakan untuk menyokong kebutuhan listrik di Aceh. Pembangunan Mobile Power Plant Aceh ini penting untuk memperkuat sistem ketenagalistrikan Sumbagut," ujar Supriyadi.
Selain dilakukan oleh Gubernur Irwandi, kegiatan peletakkan batu pertama tersebut turut dilakukan bersama dengan Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera Supriyadi, Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara, General Manager PT PLN (Persero) UIP Pembangkit Sumatera Weddy B Sudirman, Direktur Utama PT Rekadaya Elektrika (PT RE) Harjono, serta Presiden Direktur dan CEO Siemens Indonesia Prakash Candran.
Advertisement