Liputan6.com, Jakarta - Daya beli masyarakat akan kembali meningkat pada 2018. Hal tersebut akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.
Head of Intermediary PT Schroders Investment Management Indonesia, Teddy Oetomo, mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan lebih baik dibandingkan 2017. Dengan demikian, akan berdampak pada perbaikan daya beli masyarakat.
‎"Fundamental ekonomi dan pertumbuhan ekonomi sekarang agak mendingan. Kami melihat ada potensi perbaikan daya beli tahun ini. Semen dan komersial cars (truk) naik. Karena kalau ekonomi membaik, perusahaan beli mobil untuk usahanya dulu, seperti mobil-mobil besar. Dapat untung, karyawan dapat bonus, baru beli mobil," ujar dia di Jakarta, Rabu (10/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, digelarnya 171 pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada tahun ini dan dilanjutkan dengan pemilihan presiden (pilpres) 2019 akan turut mendorong konsumsi masyarakat. Pada dua gelaran pesta demokrasi ini, diyakini akan meningkatkan uang beredar yang bisa dibelanjakan oleh masyarakat, khususnya menengah ke bawah.
‎"Tahun ini, ada pilkada kemudian nyambung pilpres. Kayaknya enggak pernah tuh kampanye sampai delapan bulan (pilkada dan pilpres)," kata dia.
Kemudian, perbaikan daya beli masyarakat khususnya di daerah juga akan ditopang oleh kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Hal ini khususnya akan dirasakan oleh masyarakat di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
‎"Kenaikan harga komoditas. Dengan harga komoditas di level sekarang kami lihat ada perbaikan konsumsi di Sumatera dan Kalimantan. Tahun ini juga ada IMF dan ASEAN Games. Jadi tahun ini agak matang," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Menakar Prospek Ekonomi RI pada 2018
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih positif pada 2018. Momen pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pergerakan harga komoditas akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia Teddy Oetomo menuturkan, konsumsi dan daya beli masyarakat Indonesia akan membaik satu tahun sebelum pemilihan umum (pemilu).
Hal tersebut ditopang sejumlah faktor baik dari internal maupun eksternal. Dari internal, momen pemilihan kepala daerah (pilkada) di 17 provinsi pada 2018 diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat.
"Ada dana kampanye. Tahun 2018 terdapat pilkada di 17 provinsi jauh lebih besar dari 2017. Ditambah dari 17 provinsi itu ada tiga provinsi besar Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur yang populasi 30-40 persen dari total masyarakat Indonesia. Dengan ada pilkada dorong konsumsi rumah tangga," jelas Teddy.
Teddy menambahkan, anggaran belanja pemerintah juga mulai berjalan pada awal 2018. Ini juga dapat mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, faktor harga komoditas terutama batu bara juga akan menopang ekonomi Indonesia.
"Ditambah lagi dana dari komoditas. Kita lihat pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia pada 2012 daya beli menurun. Dan memang ternyata ada hubungan sangat kuat antara harga batu bara dan kemampuan daya beli. Pemain batu bara langsung jalan uangnya," jelas Teddy.
Advertisement