Pemerintah Bangun 13 Fasilitas Air Minum Senilai Rp 55 M di NTT

Dalam penyediaan air minum di NTT, salah satu kendalanya adalah ketersediaan air baku.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Jan 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2018, 14:00 WIB
Ilustrasi air minum.
Ilustrasi air minum.(iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus meningkatkan infrastruktur sumber daya air dan air bersih di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ini untuk meningkatkan ketahanan air dan pangan di provinsi yang rawan air terutama pada musim kemarau tersebut.

Dalam periode 2015-2017, telah dibangun 13 Sistem Pengembangan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) dengan anggaran sebesar Rp 55,8 miliar. Dengan pembangunan SPAM tersebut, masyarakat yang berada di 12 kabupaten mendapat tambahan pasokan air bersih total 111,5 liter/detik.

Pada 2018, Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya melanjutkan pembangunan 2 SPAM IKK di Kabupaten Malaka dengan kapasitas 2,5 liter/detik dengan biaya Rp 2,2 miliar.

“Dalam pembangunan SPAM IKK, Ditjen Cipta Karya berkoordinasi dengan Ditjen SDA terkait ketersediaan air baku. Pemerintah pusat masih membantu pemerintah daerah (pemda), karena keterbatasan fiskal,” kata Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo dalam keterangannya, Sabtu (13/1/2018).

Dalam penyediaan air minum di NTT, salah satu kendalanya adalah ketersediaan air baku.

Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) memiliki program untuk meningkatkan ketersediaan air baku. Salah satunya dengan membangun Bendungan Raknamo yang baru saja diresmikan pengisiannya oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Januari 2018.

Kehadiran bendungan dengan kapasitas tampung 14 juta m3 tersebut akan meningkatkan pasokan air baku bagi Kabupaten Kupang dan Kota Kupang serta daerah sekitarnya dengan kapasitas 100 liter/detik.

Menurut Sri Hartoyo, pemerintah pusat mendukung pemda dengan membangun sistem utama air minum. Selanjutnya berbagi tanggung jawab, di mana Kementerian PUPR menangani jaringan distribusi utama, sementara pemda dan/atau PDAM membiayai jaringan distribusi sekunder hingga sambungan rumah (SR).

“Pada awal pengoperasian, jumlah sambungan rumah tentu belum banyak atau masih dibawah kapasitas PDAM. Oleh karenanya kita memiliki program hibah air minum. Melalui program ini, PDAM mengajukan usulan pemasangan sambungan baru untuk masyarakat berpenghasilan rendah," tambah Sri Hartoyo.

 

Tersambung ke 650 Ribu SR

Sri Hartoyo menuturkan, nilai hibah mencapai Rp 2 juta per sambungan rumah. "Biaya pemasangan ditanggung oleh PDAM terlebih dahulu, dan setelah verifikasi oleh BPKP telah sesuai kelompok sasaran maka akan diganti oleh Kementerian PUPR,” jelasnya.

Sampai dengan tahun 2017, melalui program tersebut sudah tersambung sebanyak 650 ribu SR di perkotaan. Untuk program hibah air minum pedesaan telah menambah sekitar 150 ribu SR.

Di samping SPAM yang dikelola oleh PDAM, ada pengelolaan air oleh masyarakat, seperti Pamsimas (Program Air Minum dan Sanitasi Masyarakat).

Biaya pembangunan sarana air minumnya melalui porsi APBN sebesar 80 persen dan 20 persen dari masyarakat berupa biaya pemasangan. Pengelolaan dilakukan oleh masyarakat sehingga biaya untuk operasi dan pemeliharaan ditentukan sendiri termasuk besaran tarifnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya