Pedagang Keluhkan Kenaikan Harga Beras di Banten

Harga beras di pasar induk Kota Serang, Banten naik Rp 2 ribu per kg dari 9 ribu menjadi Rp 11 ribu per kg untuk jenis beras medium.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 16 Jan 2018, 15:01 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2018, 15:01 WIB
Harga Beras di Pasar Induk Cipinang
Pedagang melihat beras dagangannya di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Serang - Harga beras di Pasar Induk Tau (PIR) Kota Serang, Banten mengalami kenaikan. Harga beras medium mengalami kenaikan sebesar Rp 2 ribu per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 9 ribu per kg menjadi Rp 11 ribu per kg. Lalu beras premium dari sebelumnya Rp 12 ribu atau naik Rp 1.500 per kg menjadi Rp 13.500 per kg.

"Enggak tahu telat panen atau permainan (tengkulak), enggak tahu. (Pembeli) pada ngeluh," kata Pedagang toko Beras Amanah, Irul di PIR, Kota Serang, Selasa (16/01/2017).

Guna menekan kenaikan harga beras, Bulog melakukan Operasi Pasar (OP) di beberapa pasar, seperti di Pasar Baros Kabupaten Serang, Pasar Lama, dan PIR Kota Serang.

Di PIR, Bulog sub Divre Serang menyalurkan 16 ton beras. Selanjutnya di Pasar Baros sebanyak 1 ton, sedangkan di Pasar Lama menggelontorkan 3 ton beras jenis premium.

"(Beras yang kita salurkan) jenis beras medium, dijual Rp 9.300 per kg. OP udah seminggu yang lalu," kata Petugas penyakit beras OP, Arlan Ismail saat ditemui di PIR.

Arlan mengaku, kenaikan harga beras hampir terjadi di seluruh wilayah Banten, di mana beras dari Bulog disalurkan ke pedagang yang kemudian dijual seharga Rp 9.300 per kilo ke konsumen.

"Ada kenaikan harga beras menjadi Rp 11-12 ribu sampai ada yang Rp 13 ribu per kg, beras jenis medium normalnya Rp 8-9 ribu per kg," terang dia.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

Cek Jumlah Beras yang Diimpor RI dalam 5 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan data impor beras dalam kurun waktu 2013-2017. Ada enam negara yang memasok kebutuhan beras terbesar untuk Indonesia, yakni Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, serta Vietnam.

"Impor memang ada sedikit-sedikit, nilainya kecil-kecil. Beberapa waktu lalu memang ada (impor), tapi lebih kepada beras khusus," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2018).

Yunita berharap, pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia (BI), dan pihak-pihak terkait lain dapat meredam gejolak harga beras, sehingga tidak terus naik. Salah satunya dengan kebijakan impor beras.

"Dengan adanya impor beras khusus 500 ribu ton akan membantu sisi suplai, karena kemarin kan sempat langka di beberapa pasar. Kalau suplai dibantu, bisa menekan harga beras," dia menjelaskan.

Data BPS menunjukkan impor beras Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara lain:

- 2013, impor senilai US$ 246 juta dengan volume 472,66 ribu ton

- 2014, impor senilai US$ 388,18 juta dengan volume  844,16 ribu ton

- 2015 impor senilai US$ 351,60 juta dengan volume  861,60 ribu ton

- 2016 impor senilai US$ 531,84 juta dengan volume  1,2 juta ton

- 2017 impor dengan angka sementara senilai US$ 143,21 juta dengan volume   311,52 ribu ton.

"Pada 2016 memang dicanangkan tidak ada impor, tapi Januari-Maret 2016 ada data impornya. Itu sisa kuota 2015," jelas Kepala Subdirektorat Statistik Impor BPS, Rina Dwi Sulastri.

Diakui Rina, impor beras oleh Indonesia tersebut paling besar dipasok dari enam negara, yaitu Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, Vietnam, dan sejumlah negara lain. "Impor beras tersebut bukan beras khusus," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya