Jawa dan Sumatera Jadi Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi RI

Adapun pertumbuhan ekonomi Jawa mencapai 5,61 persen pada 2017.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Feb 2018, 14:14 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2018, 14:14 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,07 persen pada 2017. Dari angka tersebut, Pulau Jawa dan Sumatera masih mendominasi sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, porsi Pulau Jawa dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 58,49 persen. Sedangkan Sumatera menduduki peringkat kedua dengan porsi 21,66 persen.
 
Sementara kontribusi dari Kalimantan tercatat 8,20 persen, Sulawesi 6,11 persen, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,11 persen dan porsi Maluku dan Papua sebesar 2,43 persen.
 
 
"Kalau untuk pertumbuhan ekonominya, Sulawesi itu paling pesat. 2017 itu pertumbuhan ekonomi di atas nasional yaitu 6,99 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (5/2/2018).
 
Menurut dia, tingginya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi karena seluruh provinsi mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, dengan wilayah tertinggi di Sulawesi Selatan yang mencapai 7,23 persen.
 
Adapun pertumbuhan ekonomi Jawa mencapai 5,61 persen pada 2017. Dengan rincian, pertumbuhan kuartal IV sebesar 5,62 persen, naik jika dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Namun jika dibandingkan dengan kuartal III 2017, pertumbuhan ekonomi Jawa di kuartal IV menurun 0,85 persen.
 
Untuk Sumatera, pertumbuhan ekonominya sebesar 4,3 persen. Sedangkan pada kuartal IV dicatat 4,43 persen (YoY). Angka ini menurun jika dibanding kuartal III yaitu sebesar 0,24 persen.
 
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan mencapai 4,33 persen. Dengan angka pertumbuhan di kuartal IV sebesar 3,37 persen (YoY) yang tumbuh 0,54 persen jika dibanding kuartal III 2017.
 
Sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara sepanjang 2017 sebesar 3,73 persen. Dengan angka pertumbuhan kuartal IV nya mampu tumbuh 3,2 persen (YoY) dan menius 3,95 persen jika dibandingkan kuartal IV.
 
Dan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah Maluku dan Papua sepanjang 2017 mampu tumbuh 4,89 persen. Angka ini ditopang dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2017 sebesar 5,42 persen (YoY) dan 7,1 persen jika dibandingkan dengan kuartal III 2017. 
 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Konsumsi Rumah Tangga Bikin Ekonomi RI Tumbuh di Bawah Target

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 sebesar 5,07 persen. Angka ini lebih baik jika dibanding 2016 yang realisasinya sebesar 5,03 persen, tetapi lebih rendah dari target pemerintah 5,2 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. 

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, kurang maksimalnya pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun lalu dikarenakan beberapa hal. Salah satunya kenaikan konsumsi rumah tangga tak seperti yang diharapkan.

Menurutnya, indikator untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang paling penting adalah investasi, ekspor, dan konsumsi rumah tangga.

"Kita lihat investasi bagus enggak? Bagus. Ekspor juga tumbuh. Hanya saja pada saat bersamaan, konsumsi rumah tangga masih terbatas di 4,95 persen. Kalau mau ekonomi di atas 6 persen, ketiga komponen itu harus beriringan," kata Suhariyanto di kantornya, Senin (5/2/2018).

Minimnya pengeluaran rumah tangga masyarakat pada 2017, dia mengindikasi, karena kurang terjaganya situasi politik dan kemanan di dalam negeri sepanjang 2017.

Di sisi lain, pemerintah diminta terus melanjutkan program deregulasi untuk terus menopang investasi yang masuk ke Indonesia.

Mengenai ekspor, Suhariyanto mengaku terjadi peningkatan. Hanya saja peningkatan itu belum maksimal. Terbukti, volume ekspor Indonesia masih kalah dibanding beberapa negara tetangga. Padahal Indonesia memiliki kondisi geografis wilayah yang lebih besar.

Untuk itu, BPS mengusulkan agar produk-produk berbasis sumber daya alam lebih ditingkatkam nilai tambahnya, untuk kemudian diekspor. Dengan begitu, daya saing Indonesia akan semakin meningkat.

"Jadi bisa tidak pertumbuhan ekonomi kita di atas 6 persen? Bisa, tapi ada syaratnya. Masih banyak peluang yang sebenarnya bisa kita maksimalkan," Suhariyanto menerangkan. 

Perlu diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2017 sebesar 4,97 persen (yoy). Angka ini naik tipis jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal III 2017 sebesar 4,93 persen. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya