Chairul Tanjung: Ekonomi RI 2018 Bakal Tumbuh Lebih Baik

Chairul Tanjung menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan positif ditunjang dari ekonomi global yang diprediksi tumbuh 4 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Feb 2018, 11:35 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 11:35 WIB
Chairul Tanjung
Chairul Tanjung ialah seorang pengusaha asal Indonesia (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 akan lebih baik dibandingkan 2017. Hal ini didorong baik dari sisi internal maupun eksternal seperti perbaikan pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Pria yang akrab disapa CT ini mengungkapkan, perekonomian dunia tahun ini diprediksi tumbuh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jika pada 2017 pertumbuhan ekonomi dunia 3,7 persen, tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 4 persen.

"Ekonomi dunia memang pertumbuhannya membaik. Ekonomi dunia tahun lalu tumbuh 3,7 persen, padahal dari perkiraan analis tumbuh di bawah 3 persen. Jadi ada swing ekonomi dunia yang mengarah lebih baik. Bahkan tahun ini diprediksi tumbuh 3,9 persen. Biasanya analis lebih konservatif dari kenyataannya. Jadi kalau prediksinya 3,9 persen, maka bisa lebih dari itu yaitu di atas 4 persen," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/2/2018).

Di mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia akan berdampak pada permintaan barang dan jasa. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada perbaikan harga komoditas di pasar internasional, salah satunya minyak mentah.

"Hukum ekonomi, harga pasti akan naik kalau permintaan meningkat. Sebagai contoh minyak mentah yang dulu pernah jatuh hingga US$ 20 per barel, sekarang sudah naik ke US$ 65 per barel. Kalau harga minyak naik, banyak komoditas yang terkait yang juga naik. Harga minyak sawit naik, pertambangan naik, juga komoditas hasil perkebunan. Tentu ini akan berpengaruh pada pertumbuhan," jelas dia.

Selain itu, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik di tahun ini adalah adanya 171 pemilihan kepala daerah (pilkada). Gelaran pesta demokrasi ini diyakini akan mendorong konsumsi dalam negeri yang berdampak pada perekonomian nasional.

"Tahun ini tahun politik, ada pilkada di 171 provinsi, kabupaten, kota. Banyaknya uang mengalir di masyarakat akan menjadi peningkatan daya beli. ini. Jadi akan dorong konsumsi yang juga akan menjadi pendorong yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia.

Terakhir, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yaitu kebijakan pemerintah yang akan lebih banyak berpihak pada masyarakat kecil. Hal tersebut juga akan mendorong daya beli masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah.

"Pemerintahan Jokowi-JK sudah masuk tahun ke-4. Akan banyak kebijakan yang anggarannya berpihak pada percepatan pembangunan. Anggaran ini akan memacu konsumsi. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi di 2018 akan lebih baik dari 2017," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,3 Persen pada 2018

20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, The International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat naik secara bertahap menjadi 5,6 persen dalam jangka menengah.

Pertumbuhan ekonomi itu akan disumbangkan dari permintaan domestik. Akan tetapi, IMF memperingatkan Indonesia mengenai peningkatan investasi infrastruktur yang dapat bebani negara.

Selain itu, defisit neraca berjalan diperkirakan tetap dekati dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini didorong harga komodits dan ekspor yang kuat.

Laporan IMF juga menyebutkan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 2017 di kisaran 5,1 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dari target pemerintah Indonesia. Di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pertumbuhan ekonomi dipatok di kisaran 5,4 persen pada 2018.

"Risiko terhadap prospek masih ada terutama lonjakan volatilitas keuangan global, ketidakpastian seputar kebijakan ekonomi Amerika Serikat, penurunan pertumbuhan di China dan ketegangan geopolitik," tulis IMF, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu 7 Februari 2018.

IMF menilai, pertumbuhan global dan harga komoditas dapat membantu prospek ekonomi Indonesia. Namun risiko domestik membayangi Indonesia, antara lain kekurangan penerimaan pajak dan pembiayaan fiskal yang lebih besar karena suku bunga tinggi.

IMF juga mendesak pemerintah Indonesia tetap mewaspadai risiko arus modal yang volatile dan penyesuaian fiskal 2018. Ini untuk menjaga pertumbuhan dan menjaga kondisi fiskal.

Selain itu, IMF menyambut baik kemajuan Indonesia untuk meningkatkan investasi infrastruktur. Namun, langkah tersebut harus disesuaikan dengan pembiayaan yang tersedia dan kemampuan ekonomi untuk serap investasi baru.

"Prioritas harus diberikan untuk pembiayaan infrastruktur dengan pendapatan dalam negeri, serta partisipasi sektor swasta lebih besar termasuk investasi langsung asing. Ini agar batasi penumpukan utang perusahaan dan kewajiban kontinjensi dari Badan Usaha Milik Negara," tulis IMF.

Dalam tinjauan tahunan atas kebijakan ekonomi Indonesia yang dirilis pada Selasa 6 Februari 2018, IMF juga memproyeksikan inflasi tahunan akan tetap sekitar 3,5 persen. Diharapkan inflasi dapat terjaga baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya