Biaya Haji Naik Lagi, Buruan Rencanakan Lewat Cara Ini

Yuk perhatikan beberapa langkah rencana keuangan untuk mempersiapkan biaya naik haji.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 20 Feb 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 08:00 WIB
ONH NAIK - Liputan6 Pagi
Ilustrasi Manasik Haji (ANTARA FOTO/Rahmad)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, kabar mengenai kenaikan biaya haji dan umrah menjadi salah satu trending topik dan ditunggu umat Islam Indonesia dengan harap-harap cemas. Apakah ini berarti cita-cita ibadah haji menjadi semakin jauh?

Seperti sudah banyak diberitakan, Pemerintah Arab Saudi telah mengumumkan rencana untuk mengenakan pajak pertambahan nilai sebesar 5 persen. Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umroh In-Bound Indonesia menghitung, kenaikan PPN tersebut akan berimplikasi pada kenaikan biaya sebesar US$ 50-US$ 250 atau Rp 679.050- Rp 3,39 juta (US$ 1=Rp 13.581) per orang. Besaran kenaikan ditentukan jenis hotel dan kendaraan yang digunakan.

Sebagai Muslim, ketentuan ini mestinya tidak menyurutkan niat beribadah. Ah, Anda pasti lebih paham, ibadah haji adalah salah satu kewajiban yang masuk dalam rukun Islam kelima dengan syarat kemampuan, terutama materi.

Mungkin kenaikan biaya tahun ini membuat Anda termangu memikirkan kriteria “mampu” untuk melaksanakannya. Namun, mari kita coba mengevaluasi diri.

Selagi mampu melakukan traveling ke berbagai destinasi, selagi Anda rutin memuaskan passion kulineran, selagi Anda mampu mengikuti tren mode terbaru, bukankah ada sejumlah uang yang telah Anda belanjakan?

Cobalah hitung dalam satu tahun, berapa biaya yang Anda habiskan untuk berbagai gaya hidup tersebut. Kemungkinan besar akumulasinya mengesankan. Jika kita fair, jumlah itu mestinya bisa dialokasikan untuk tujuan keuangan yang besar seperti untuk mengumpulkan biaya haji yang telah menjadi cita-cita Anda.

Sebagai sebuah tujuan keuangan yang cukup besar, naik haji harus direncanakan secara matang. Untuk Anda yang merasa sudah mendengar panggilan tanah suci, atau bahkan Anda yang sudah mulai menabung untuk biaya haji, yuk perhatikan beberapa step rencana keuangan untuk mempersiapkan biaya haji yang disajikan Danaxtra.com berikut ini.

 

1. Hitung Estimasi Kenaikan Biaya Haji

Merencanakan Dana Pendidikan Anak Semudah Menggenggam Smartphone
Ilustrasi mengatur keuangan.

Saat dorongan untuk mempersiapkan ibadah haji ini terasa semakin kuat, lakukan perhitungan dan estimasi waktu untuk mencapainya. Jika Anda ingin melunasi pembayaran haji dalam lima tahun mendatang, perkirakan berapa estimasi biaya yang dibutuhkan. Bacalah artikel prediksi biaya haji untuk memudahkan proses perhitungan.

Sebagai contoh, berikut estimasi biaya haji lima tahun mendatang (untuk amannya kita ambil estimasi kenaikan Rp 5 juta/tahun):

- Estimasi biaya haji saat ini (dengan PPN 5 persen): Rp38 juta

- Estimasi kenaikan 5 tahun mendatang: Rp 5 juta/tahun x 5 tahun= Rp 25 juta

- Estimasi biaya haji 5 tahun mendatang: Rp 38 juta + Rp 25 juta= Rp 63 juta

Jadi, perkiraan biaya haji paling aman dalam kurun lima tahun mendatang yakni kisaran Rp 63 juta. Oya, ini biaya hari berdasarkan pendekatan ONH reguler ya.

Setelah mengetahui estimasi biaya haji, Anda bisa mulai mempersiapkan keuangan mulai dari sekarang. Perlu diingat, biasanya pelunasan ongkos haji reguler jatuh pada dua bulan sebelum keberangkatan. Anda juga bisa menambahkan biaya lainnya seperti anggaran menggelar pengajian dan sebagainya.

2. Kumpulkan Biaya Haji dengan Menabung

Merencanakan Dana Pendidikan Anak Semudah Menggenggam Smartphone
Ilustrasi investasi.

Bisakah mengumpulkan biaya haji dalam waktu lima tahun? Jika Anda memang bertekad untuk menunaikan ibadah haji, maka Anda perlu komitmen dan konsisten menabung. Bagaimana caranya?

Misalnya, jika gaji Anda Rp 9 juta per bulan, dan Anda menerapkan prinsip keuangan 40 (kebutuhan hidup) – 30 (cicilan produktif) – 20 (dana darurat, investasi, dan asuransi) – 10 (kebaikan), maka biaya haji bisa Anda masukkan dalam komponen investasi (spiritual).

Memang Anda masih harus berbagi dengan alokasi dana darurat dan asuransi plus investasi yang lain, namun jika cita-cita haji ini Anda pandang sangat penting, Anda bisa memberikan komposisi yang cukup besar untuk perencanaan haji, dengan cara menurunkan komposisi komponen yang lain. Misalnya 10 persen dari gaji khusus Anda alokasikan untuk tabungan haji.

Dengan demikian, setiap bulan Anda harus menyisihkan Rp 900 ribu. Dengan tabungan haji sebesar itu setiap bulan, berarti Anda perlu waktu sekitar 6 tahun untuk mencapai angka sekitar Rp 60 juta yang diperlukan. Bukankah ini waktu yang realistis?

Sementara itu, Anda harus tetap optimistik bahwa selama beberapa tahun ke depan Anda akan mendapatkan kenaikan gaji atau ada perkembangan pendapatan.

Oh iya, jangan lupa untuk memikirkan kemungkinan pergi haji bersama pasangan ya. Lakukan perhitungan estimasi biaya haji untuk dua orang, dan hitung beberapa persen yang harus disisihkan tiap bulannya.

3. Buka Tabungan Haji

[Bintang] Fakta Pesta Bikini Anak SMA
Ilustrasi uang | Via: infojakarta.net

Tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang, produk tabungan ini juga membantu nasabah dalam administrasi pendaftaran haji. Tabungan ini akan membantu Anda mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan cara mendaftarkannya langsung ke Departemen Agama via online melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu alias SISKOHAT.

Jadi, saat pendaftaran haji dibuka, bank akan mendaftarkan Anda sebagai jamaah calon haji guna mendapatkan nomor kepastian berangkat haji. Bahkan, agar nasabah berangkat tepat waktu, bank menyediakan dana talangan pelunasan BPIH sebelum tanggal akhir pelunasan. Dengan catatan, nasabah mampu mengembalikan dana talangan sebelum berangkat.

Produk tabungan haji ini sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin memiliki banyak risiko dalam mengumpulkan biaya haji. Namun, perlu diingat, bank memberikan bagi hasil yang lebih kecil dibandingkan tabungan biasa. Sebab, tabungan ini memberikan banyaknya fasilitas tambahan. (Silakan baca: nilai lebih tabungan syariah dibanding tabungan konvensional)

4. Pilih Investasi untuk Biaya Haji

Temuan emas (1)
Ilustrasi emas batangan. (Sumber Twitter/@allthingsbus)

Selain tabungan haji dan tabungan biasa, Anda bisa pilih berbagai investasi untuk mengumpulkan biaya haji. Misalnya, seperti deposito, emas, reksadana, atau asuransi haji. Berikut penjabarannya.

1. Emas

Logam mulia atau emas murni batangan bisa menjadi salah satu pilihan investasi untuk mempersiapkan biaya ibadah haji atau umrah. Kini, membeli emas logam mulia dalam bentuk batangan itu mudah, dan bisa diangsur secara pokok setiap bulannya melalui akad murabahah (jual-beli).

Anda bisa mendapatkan dan membeli logam mulia bersertifikat langsung ke bank-bank syariah, toko emas, pegadaian, kantor pusat atau cabang PT Aneka Tambang (Antam), perusahaan pertambangan yang menjual logam mulia atau emas murni batangan bersertifikat.

Namun, jangan lupa simpanan emas yang sudah melebihi 85 gram dikenakan zakat sebanyak 2,5 persen dari jumlah emas yang dimiliki. Zakat emas ini dibayarkan satu tahun sekali, bisa berupa emas atau uang yang senilai.

Tips untuk investasi emas:

Sebaiknya Anda memilih membeli emas murni bersertifikat. Belilah di tempat resmi seperti bank, pegadaian atau kantor cabang Antam sehingga Anda tidak akan tertipu. Emas bisa Anda simpan dan jika sewaktu-waktu harganya naik, Anda bisa menjualnya kembali dan menggunakan uang tersebut untuk berangkat ibadah.

2. Reksadana Syariah

[Bintang] Ketahui 4 Tanda Kalau Kamu Sudah Siap Investasi Reksa Dana
Ketahui 4 Tanda Kalau Kamu Sudah Siap Investasi Reksa Dana | via: ad1.ae

Produk investasi reksadana ini menawarkan return tinggi, yakni antara 6-25 persen per tahun. Tapi, sebanding dengan risikonya yang paling tinggi dibandingkan tabungan haji dan emas. Anda bisa memilih jenis reksadana saham, campuran, atau pasar uang.

Jangan lupa untuk menyesuaikan jenis saham dengan waktu pengumpulan dana haji yang ditetapkan. Reksadana saham cocok untuk investasi di atas 5 tahun, reksadana campuran cocok untuk Anda yang ingin investasi berjangka 3-5 tahun. Sedangkan reksadana pasar uang cocok untuk investasi di bawah 3 tahun. Anda bisa mempertimbangkan untuk memilih reksadana syariah.

Tips Investasi Reksa Dana:

Anda bisa mendapatkan reksa dana syariah di bank-bank syariah atau di perusahaan aset management yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Anda bisa mulai berinvestasi dengan modal Rp 100 ribu per bulannya untuk membeli reksa dana syariah.

Tidak perlu khawatir dengan berinvestasi reksa dana syariah, uang yang Anda investasikan akan dikelola dengan sistem halal dan baik, dan ketika pertumbuhan investasi syariah bagus, Anda akan turut mendapatkan untungnya. Reksa dana yang Anda beli bisa Anda jual ketika hasil investasinya sudah bagus.

3. Saham Syariah

20160331- Festival Pasar Modal Syariah 2016-Jakarta- Angga Yuniar
Sebuah layar tentang tabel saham dipajang saat Festival Pasar Modal Syariah 2016, Jakarta, Kamis (31/3). Pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan dibandingkan dengan nonsyariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut kamus Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saham adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu perseroan terbatas yang dapat diperjualbelikan.

Jadi, Anda tidak perlu khawatir, berinvestasi saham adalah beraktivitas jual-beli saham, tidak ada unsur perjudian. Apalagi investasinya adalah saham syariah, di mana emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya kepada publik tidak bertentangan dengan ajaran islam.

Saham syariah menggunakan sistem bagi hasil dan risiko antara investor dan emiten akad melalui musyarawah. Investasi saham syariah tak mengenal ghahar dan maysir. Ghahar adalah pemberian informasi yang menyesatkan. Sedangkan maysir adalah mengambil risiko yang berlebihan.

Tips Main Saham Syariah:

Sebelum membeli saham, Anda wajib untuk memahami apa itu saham syariah dan mengenal karakter investasi Anda. Saham syariah bisa dibeli melalui perusahaan sekuritas, caranya mudah, Anda bisa langsung datang dan membuka akun investasi saham di sana. Untuk investasi saham syariah memerlukan sejumlah dana yang akan digunakan untuk membuka rekening efek sekitar Rp 5 juta–Rp 10 juta.

4. Sukuk Ritel

sukuk-ritel-2-130208b.jpg
sukuk ritel

Sukuk Negara Ritel (sukuk) atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Penerbitan sukuk menjadi intrumen investasi halal yang telah mendapatkan fatwa syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.

Ada dua cara membeli sukuk ritel yaitu di pasar perdana dan pasar sekunder. Untuk pembelian di pasar perdana, calon investor akan mengisi formulir yang disediakan oleh agen penjual (melalui perusahaan efek atau bank umum dengan melampirkan fotocopy KTP, lalu mentransfer dananya ke rekening khusus agen penjual, memperoleh penjatahan, menerima bukti kepemilikan, dan mengambil pengembalian sisa dana jika pemesanan tidak seluruhnya dapat dipenuhi).

Sementara pembelian sukuk di pasar sekunder, harus dilakukan dengan mekanisme bursa melalui perusahaan efek. Tenor investasi ini beragam mulai dari 3 tahun.

Tips Beli Sukuk Ritel:

Apabila Anda berminat membeli sukuk untuk investasi ibadah haji atau umrah, jangan ragu untuk mendatangi bank syariah guna mendapatkan informasi lengkap kapan pembelian sukuk bisa dilakukan. Dana yang diperlukan untuk pembelian sukuk bervariasi mulai dari Rp 1 juta per unit hingga maksimum pembelian Rp 5 miliar.

Komitmen dan Tekad Kuat Untuk Beribadah

Untuk membangun komitmen dan konsisten dalam menabung, Anda perlu memiliki tekad yang kuat guna memenuhi panggilan dalam menjalani rukun islam yang ke lima di Baitullah. Luruskan niat, pastikan Anda pergi haji semata-mata hanya untuk ibadah. Sebab, selain biaya haji, tentunya diperlukan persiapan lainnya, seperti fisik dan mental yang prima serta niat yang tulus.Selamat menabung, selamat menunaikan ibadah Haji!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya