Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia sedikit melemah dipicu kenaikan Dolar Amerika Serikat (AS) dan pasar saham dunia baru-baru ini di tengah kekhawatiran tentang inflasi.
Melansir laman Reuters, Selasa (20/2/2018), harga emas di pasar spot turun 0,11 persen US$ 1,346.31 per ounce. Emas berjangka AS untuk kontrak April tergelincir 0,54 persen menjadi US$ 1,348.90 per ounce.
Harga emas naik 2,4 persen pekan lalu dan menjadi kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari lima bulan.
Advertisement
"Emas berjalan relatif baik di lingkungan berisiko bagi safe haven (di emas), ini sedikit dipertanyakan namun banyak yang harus dilakukan dengan pergerakan dolar yang telah pulih," kata Ahli Strategi Komoditas ABN AMRO Georgette Boele.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,1 persen setelah turun 1,4 persen pada minggu lalu.
Investor tampak mengumpulkan emas pada pekan lalu dipicu kekhawatiran tentang inflasi AS. Di pasar saham, bursa dunia memperpanjang pemulihannya, sementara minyak beringsut lebih tinggi.
"Imbal hasil obligasi 10 tahun di seluruh dunia sudah naik, itu membuat harga emas sedikit turun," kata Walter Pehowich, Wakil Presiden Eksekutif bidang Layanan Investasi di Dillon Gage Metals.
Adapun harga logam mulia lainnya, perak sedikit turun ke posisi US$ 16,657 per ounce setelah turun 1,2 persen. Sementara Platinum naik 0,25 persen menjadi US$ 1,005.00 per ounce, setelah sebelumnya menyentuh posisi tertinggi dalam lebih dari tiga minggu di US$ 1.013,50.
Palladium turun 1,1 persen menjadi US$ 1,033.00 per ounce setelah mencapai posisi tertinggi sekitar dua minggu
Dolar AS Masih Tertekan, Harga Emas Bakal Lanjutkan Penguatan
Harga emas diperkirakan akan terus mengalami penguatan pada perdagangan pekan ini seiring dengan tren pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Harga emas menemukan momentum baru pada pekan lalu karena nilai tukar dolar AS tidak mampu menembus angka resistance dan kemudian terdorong ke level terendah dalam tiga tahun.
Menurut beberapa analis, pelemahan dolar AS menjadi tenaga yang paling signifikan bagi harga emas. Pada penutupan pekan lalu, harga emas berjangka berada di angka US$ 1.355 per ounce, naik 3 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Merupakan presentase kenaikan yang terbaik dalam dua tahun.
Baca Juga
"Dengan adanya ketidakpastian atau bisa disebut pelemahan nilai tukar dolar AS maka sudah pasti orang akan menyukai emas," jelas Neil Mellor, analis senior BNY Mellon, dikutip dari Kitco, Senin (19/2/2018).
Mellor melanjutkan sebenarnya ada sentimen negatif pada dolar AS setelah Kongres AS menyetujui adanya aksi pemotongan pajak perusahaan maupun pribadi.
Dengan adanya pengurangan pajak tersebut besar kemungkinan defisit anggaran pemerintah semakin besar sehingga memberikan beban kepada nilai tukar dolar AS.
"Sekarang bertambah dengan adanya ancaman inflasi naik dan ekonomi melambat," tambah dia.
Analis FXTM Jameel Ahmad melanjutkan, ke depan fokus pelaku pasar beradadi kebijakan di wilayah Eropa. Ada kemungkinan kebijakan bank sentral yang agresif sehingga berpengaruh kepada harga emas.
Namun ternyata tidak semua analis memberikan pandangan yang positif kepada harga emas. "kenaikan harga emas sudah terlalu tinggi dan kemungkinan sudah overbought," kata Colin Cieszynski, kepala analis SIA Wealth Management.
Advertisement