Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, tengah mengembangkan jenis sapi baru dari sapi asal Belgia, atau sapi Belgian Blue melalui transfer embrio (TE) dan inseminasi buatan (IB) dengan menyuntikkan sperma ke sapi induk. Namun program ini dinilai berpotensi besar mengalami kegagalan.
Salah satu sumber Liputan6.com mengatakan, program TE dan IB ini sebenarnya telah diuji coba di sapi lokal. Namun hasilnya, anak-anak sapi yang ada di dalam kandungan induknya sangat besar sehingga sulit untuk dikeluarkan dari perut induknya.
Advertisement
Baca Juga
"Belgian Blue sudah dicoba, ternyata anak-anaknya di dalam perut induknya besar banget sehingga tidak bisa keluar, itu harus sesar. Sehingga kalau diterapkan di peternak, akan kesulitan. Selain harganya mahal, kalau disuntikan itu anak-anaknya menjadi besar di dalam perut sehingga tidak bisa lahir normal," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (25/2/208).
Selain itu, jika menggunakan metode TE, potensi keberhasilannya juga masih rendah, yaitu hanya 30 persen.
"Kalau embrio sudah jadi janin, jadi kalau lahir 100 persen sapi Belgian Blue. Cuma masalahnya ketika dititipkan ke sapi induk di sini jadi masalah lagi karena sapi kecil dititipkan sapi besar. Dan keberhasilan transfer embrio itu hanya 30 persen. Selebihnya tidak berhasil dan berpotensi buang dana," kata dia.
Oleh sebab itu, tingkat keberhasilan program TE dan IB dengan menggunakan sperma sapi Belgian Blue dinilai sangat kecil. Selain itu, hal ini juga akan sulit jika diterapkan kepada peternak lokal.
"Sperma itu (Belgian Blue) kan jenisnya sapi besar, sementara di Indonesia jenisnya sapi kecil, jadi secara tujuan pun kalau Cipelang berhasil mengembangkan itu dan diberikan ke peternak tetap tidak masuk, ya sapinya kecil-kecil. Kecuali Cipelang sudah punya induk Belgian Blue, ini kan mereka belum punya," ungkap dia.
Namun pendapat berbeda diungkapkan oleh Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan. Menurut Oloan, TE dan IB dengan menggunakan embrio dan sperma sapi Belgian Blue sudah dilakukan dan terbukti berhasil. Untuk TE, pihaknya memanfaatkan sapi resipien dan sapi Fries Hollands (FH) untuk IB.
"Sapi resipien untuk TE dan aseptor untuk IB kita pakai sapi FH, Simental, Limousin Brahman, dan PO (peranakan Ongole). Untuk IB sudah lahir di BET tidak ada masalah. Hasil IB 18 ekor, hasil TE 2 ekor," tandas Oloan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Target Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan 1.000 ekor kelahiran sapi Belgian Blue sepanjang 2017 hingga 2018. Usaha ini dilakukan untuk mewujudkan swasembada daging sapi di Indonesia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, untuk mewujudkan kelahiran 1.000 ekor anak sapi tersebut, kementerian Pertanian menganggarkan dana kurang lebih Rp 20 miliar.
"Dalam waktu dekat kami akan segera melakukan lelang", kata Amran seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Pengembangan sapi Belgian Blue tersebut akan dilakukan di Balai Embrio Ternak Cipelang (BET Cipelang). Di balai tersebut tengah dikembangkan teknologi dalam rangka introduksi jenis sapi baru di Indonesia.
Keberadaan Belgian Blue digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.
Pengembangan dilakukan dengan menggunakan semen beku Belgian blue dengan mengimplementasikan TE (Transfer Embryo) dan sudah dilakukan sejak tahun 2016.
Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memiliki warna kulit kebiruan sehingga disebut dengan Belgian Blue.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terjadinya mutasi ini adalah, perototan yang luar biasa, sehingga jumlah karkas juga meningkat dan kandungan lemak rendah.
"Dengan dikembangkannya sapi Belgian blue ini, maka akan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia,” tutupnya.
Advertisement