Harga Emas Terdorong Aksi Pengusiran Diplomat Rusia

AS bergabung dengan pemerintahan seluruh Eropa untuk mengambil tindakan terhadap Rusia setelah adanya serangan terhadap mantan mata-mata Rusia di Inggris.

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Mar 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik ke level tertinggi dalam lima pekan pada perdagangan Senin setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan akan mengusir 60 Diplomat Rusia. Aksi dari AS tersebut mendorong investor masuk ke aset safe haven salah satunya adalah emas.

AS bergabung dengan pemerintahan seluruh Eropa untuk mengambil tindakan terhadap Rusia setelah adanya serangan terhadap mantan mata-mata Rusia di Inggris.

Mengutip Reuters, Selasa (27/3/2018), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen ke level USD 1.354,62 per ounce pada pukul 1.33 siang waktu New York. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman April ditutup naik USD 5,10 atau 0,4 persen ke angka USD 1.355 per ounce.

"Kenaikan harga emas ini sudah pasti karena perkembangan situasi politik," jelas analis Commodity Research Group, Peter Fertig.

Sedangkan sentimen lain yaitu perang dagang AS dengan China sepertinya mulai mereda setelah AS setuju untuk melakukan pembicaraan dengan China.

"Saya tidak tahu apa yang dibawa dalam perundingan, tetapi hal tersebut memberikan dampak ke harga emas," turur analis RBC Wealth Management, George Gero.

 

 

 

Usir Diplomat

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Presiden AS Donald Trump berencana untuk mengusir sebanyak 60 orang diplomat Rusia. Langkah AS ini mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Eropa.

Sebelumnya, Inggris mengusir 23 diplomat Rusia sebagai bentuk respons atas peracunan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan anak perempuannya, Yulia Skripal oleh nerve agents toxin atau racun saraf.

Perdana Menteri Inggris Theresa May menuduh bahwa Rusia terlibat langsung dalam kasus peracunan terhadap Segei dan Yulia Skripal -- menganggapnya sebagai sebuah "penggunaan kekerasan secara tidak sah ... melawan Inggris."

PM May juga memprotes sikap Rusia yang justru acuh tak acuh terhadap kasus tersebut.

"Sikap mereka menunjukkan penghinaan sepenuhnya atas kejadian ini, di mana mereka tidak memberikan penjelasan yang kredibel," kata May di Parlemen Inggris.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya