Kementerian BUMN Yakin Rugi Krakatau Steel di 2018 Tak Sebesar Tahun Lalu

Kementerian BUMN telah memberikan arahan agar manajemen Krakatau Steel dapat segera menyelesaikan proyek-proyek investasi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Mar 2018, 16:44 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 16:44 WIB
Krakatau Steel
(Foto: Krakatau Steel)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan mencatatkan kinerja positif di tahun 2018. Salah satu faktor pendorongnya adalah kinerja 2017 yang membaik.

Krakatau Steel membukukan penurunan rugi tahun berjalan sebesar 54,9 persen, yakni menjadi setara Rp 1,15 triliun dibandingkan rugi tahun 2016 setara Rp 2,55 triliun. Perbaikan kinerja ini terlihat dari perolehan laba usaha perseroan tahun 2017 setara Rp 443,36 miliar, tumbuh 154,79 persen dari nilai 2016 sebesar Rp 286,30 miliar.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menyatakan, Kementerian BUMN telah memberikan arahan agar manajemen Krakatau Steel dapat segera menyelesaikan proyek-proyek investasi.

"Salah satu contohnya pabrik blast furnace. Nah itu akan diselesaikan tahun ini. Itu akan sangat membantu kinerja perusahaan," jelas Harry di Jakarta, Selasa (27/03/2018).

Selain itu, emiten dengan kode KRAS itu tengah menata ulang semua portofolio anak perusahaan. Tujuannya untuk lebih mengoptimalkan kontribusi pendapatan dari entitas perseroan.

Ditambah lagi, KRAS tengah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk bisa meningkatkan skala ekonomis dari produk baja.

"Nama programnya, yaitu Cilegon 10 juta ton Steel Cluster pada 2025. Kalau itu tercapai maka akan lebih baik lagi efisiensi yang didapat, hingga akhirnya pendapatan Krakatau Steelpun terus meningkat," ujar dia.

 

Tingkatkan Penjualan

Krakatau Steel
(Foto: Krakatau Steel)

Di kesempatan terpisah, Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menjelaskan, membaiknya kinerja perseroan dipicu oleh naiknya harga jual rata-rata produk baja.

Selain itu, perseroan mampu meningkatkan pendapatan usaha menjadi setara Rp 19,39 triliun dari Rp 17,89 triliun di tahun 2016. Pertumbuhan KRAS juga terjadi pada total aset perseroan, di tahun 2017 total aset perusahaan meningkat menjadi Rp 55,74 triliun atau naik 5,39 persen dari total aset tahun 2016 sebesar Rp 52,89 triliun.

Menurut Mas Wigrantoro, Krakatau Steel telah menetapkan sejumlah langkah strategis untuk menghadapi tahun 2018, antara lain, dengan meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan melalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply/agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN.

Perseroan juga akan menjaga keandalan fasilitas produksi, melakukan penyelesaian proyek-proyek strategis tepat waktu, menjaga likuiditas perusahaan untuk ketersediaan modal kerja dan menurunkan beban keuangan perseroan.

"Kami targetkan peningkatan penjualan (tahun 2018) sampai 40 persen. Kami akan terus melanjutkan sinergi BUMN dan memacu kinerja anak perusahaan. Kami semakin optimis kinerja perseroan semakin lebih baik lagi dan siap menghadapi segala tantangan di tahun 2018," kata dia.

Di sisi lain, manajemen Krakatau Steel juga terus mengupayakan dukungan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi produk baja domestik dari membanjirnya produk impor dan praktik unfair trade.

Sampai saat ini, pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang mendukung industri baja nasional, antara lain penetapan bea masuk, penerapan ketentuan bea masuk anti-dumping countervailing duties, safeguard di area free trade zone (Batam), penerapan standardisasi produk baja, peningkatan sinergi BUMN dan penerapan tingkat kandungan dalam negeri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya