Ada Pilkada Serentak, Inflasi Stabil di Banten

Bank Indonesia (BI) menyebutkan komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti adalah emas perhiasan dan tukang bukan mandor.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 03 Apr 2018, 13:15 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 13:15 WIB
20160105-Ilustrasi-Inflasi-iStock
Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Serang - Inflasi Banten dapat terjaga baik meski telah memasuki pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di empat kabupaten dan kota pada 2018.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2018 tercatat 0,20 persen (mtm), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,17 persen (mtm).

"Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi administered prices dan volatile food, yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya, di tengah inflasi inti yang menurun," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, Selasa (3/4/2018).

Dia menuturkan, perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai dengan Maret 2018 tercatat 0,99 persen (ytd), atau secara tahunan sebesar 3,40 persen (yoy), meningkat dari bulan lalu sebesar 3,18 persen (yoy), tetapi tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi 3,5 plus minus 1 persen.

Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh minimalnya tekanan inflasi kelompok inti. Inflasi inti tercatat sebesar 0,19 persen (mtm) pada Maret 2018, lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,26 persen (mtm).

"Realisasi inflasi inti tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi inti bulan Maret selama empat tahun terakhir yang sebesar 0,20 persen (mtm)," kata dia.

Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti adalah emas perhiasan dan tukang bukan mandor. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,67 persen (yoy), sedikit meningkat dari bulan lalu sebesar 2,58 persen (yoy).

Perkembangan tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi.

 

Selanjutnya

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Inflasi kelompok volatile food meningkat terutama didorong oleh kenaikan harga aneka cabai dan aneka bawang. Inflasi volatile food Maret 2018 tercatat sebesar 0,15 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,10 persen (mtm).

Angka inflasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bulan Maret dalam empat tahun terakhir yang mengalami deflasi sebesar 0,35 persen (mtm).

Inflasi volatile food terutama bersumber dari komoditas cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 4,06 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 3,10 persen (yoy). Inflasi kelompok administered prices meningkat bersumber dari harga energi.

Inflasi administered prices pada Maret 2018 mencapai 0,20 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,07 persen (mtm). Meningkatnya inflasi administered prices terutama didorong oleh penyesuaian harga bensin nonsubsidi, di tengah harga bahan bakar rumah tangga yang mencatat deflasi.

Secara tahunan, inflasi administered prices tercatat sebesar 5,11 persen (yoy), sedikitlebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 5,29 persen (yoy).

"Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi meningkatnya inflasi volatile food," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya