Khawatir Pasokan Terganggu Akibat Konflik Suriah, Harga Minyak Mendaki

Harga minyak terangkat naik pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Apr 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak terangkat naik pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) terimbas kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik geopolitik di Suriah. Selain itu, penguatan pasar saham akibat aksi ambil untung ikut memicu kenaikan harga minyak mentah dunia.

Mengutip Reuters, Rabu (18/4/2018), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) CLc1 mendaki 30 sen menjadi US$ 66,52 per barel.

Sementara harga minyak mentah Brent berjangka (LCOc1) menanjak 16 sen menjadi US$ 71,58 per barel. Minyak Brent telah melonjak 1,8 persen selama bulan ini. Puncaknya pekan lalu US$ 73,09 per barel, tertinggi sejak akhir 2014.

"Nampaknya volatilitas hilang karena kurangnya eskalasi peristiwa (ketegangan Suriah mereda) dan indeks saham S&P sedikit kuat hari ini," kata Analis Teknik di United-ICAP, Brian LaRose.

Untuk diketahui, indeks saham S&P dan Dow Jones Industrial Average menguat sekitar 1 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta).

Pada pekan lalu, kekhawatiran investor meningkat terhadap serangan rudal AS dan sekutunya di Suriah. Kondisi ini memicu kecemasan terganggunya pasokan minyak mentah.

Kekhawatiran bertambah karena kemungkinan AS menambah sanksi terhadap Rusia terkait dugaan serangan kimia di Suriah.

"Kenaikan ini (harga minyak) murni karena risiko geopolitik. Jika belum ada stimulus lebih lanjut, kami melihat harga akan sedikit turun," kata Natixis Commodities Strategis, Joel Hancock.

 


Kesepakatan Nuklir Iran

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Namun demikian, Analis memperkirakan ketidakpastian kesepakatan nuklir Iran juga mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia. Presiden AS, Donald Trump memiliki tenggat waktu hingga 12 Mei untuk mengesahkan kesepakatan nuklir Iran.

Jika AS tidak memperbaharui sanksi, Iran mungkin akan kesulitan mengekspor minyak mentah.

"Tidak banyak volatilitas hari ini, karena kami menunggu data dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA)," ujar Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.

Asal tahu, API akan menerbitkan data pasokan minyak mentah AS mingguan pada hari Selasa. Sementara data dari EIA akan dirilis Rabu ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya