Tim Verifikasi Dampak Lingkungan Sebut 11 Kelurahan Bersih Total dari Tumpahan Minyak

Tim verifikasi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan terdiri dari perwakilan pemerintah kabupaten / kota, dinas terkait, Pertamina dan perwakilan masyarakat.

oleh Nurmayanti diperbarui 18 Apr 2018, 17:45 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2018, 17:45 WIB
Tumpahan Minyak di Perairan Bintan dan Batam
Limbah yang mencemari perairan Lagoi, Bintan (Foto: Batamnews)

Liputan6.com, Jakarta Tim verifikasi dampak lingkungan terus melakukan verifikasi pembersihan tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk mengidentifikasi kondisi sisa ceceran minyak di sejumlah wilayah terdampak. Tim verifikasi terdiri dari perwakilan pemerintah kabupaten/kota, dinas terkait, Pertamina, dan perwakilan masyarakat. 

Hasilnya, hingga Selasa, 17 April 2018, hasil verifikasi dari 13 kelurahan di Kota Balikpapan, 8 kelurahan telah dinyatakan bersih 100 persen dari tumpahan minyak. Sedangkan di Kabupaten Penajam Paser Utara, 3 kelurahan telah dinyatakan 100 persen bersih dari tumpahan minyak, dan masih terdapat 17 kelurahan yang akan dilakukan pemantauan kebersihan.

Region Manager Communication and CSR Kalimantan PT Pertamina (Persero) Yudy Nugraha menjelaskan, tim verifikator melakukan verifikasi terhadap aspek yang perlu dilihat. Ini di antaranya penampakan minyak di perairan dan di darat, dan dampak minyak yang terdapat di lokasi yang dipantau, selain juga melakukan penilaian terhadap kondisi kebersihan di area yang dipantau sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

“Tim verifikator memberikan penilaian berdasarkan kriteria persentase dengan jangkauan 0 sampai dengan 100 persen. Range 0 sampai dengan 25 persen artinya terdapat banyak minyak di perairan dan bibir pantai dan terdapat banyak sisa minyak menempel pada dinding pemecah ombak dan mangrove. Kemudian 76 sampai 100 persen artinya sudah tidak terlihat film dan sisa minyak di perairan dan bibir pantai dan tidak ada minyak menempel pada dinding pemecah ombak dan mangrove,” jelas dia dalam keterangannya, Rabu (18/4/2018).

Lebih lanjut, Yudi menambahkan, paralel dengan verifikasi visual, Pertamina dan pemerintah juga melaksanakan pengujian baku mutu air pasca-pembersihan. Ini dilakukan untuk mengetahui tercemar atau tidaknya air di wilayah tersebut serta menentukan area yang masih perlu dilakukan pembersihan dan identifikasi kebutuhan peralatan.

“Tim Verifikasi yang sudah turun dari 10 April akan terus berupaya mencapai target akhir dari kegiatan pembersihan ini, yaitu adalah mencapai persentase kebersihan 100 persen. Setelah pembersihan dianggap selesai, kondisi kebersihan akan diverifikasi kembali dan untuk memastikan bahwa target tersebut sudah tercapai,” pungkas Yudi.

Tonton Video Ini:

Pasrah Kena Sanksi Akibat Tumpahan Minyak, Pertamina Tunggu Surat Menteri LHK

PT Pertamina (Persero) menunggu surat sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atas kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.

Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, Pertamina belum bisa menanggapi sanksi administra‎si yang akan dijatuhkan KLHK. Pasalnya, instansi tersebut belum melayangkan surat sanksi.

‎"Pertamina kan belum ada surat. Nanti surat dulu," kata Toharso di Jakarta, Selasa (17/8/2018).

Toharso pun membantah perusahaannya lamban dalam mencari sumber tumpahan minyak.‎ Pasalnya, pencarian sumber tumpahan minyak dilakukan di bawah laut, sehingga prosesnya cukup sulit dan memakan waktu.

‎"Waktu, itu butuh waktu. Kan enggak semudah itu angkat pipanya juga. Butuh waktu," tuturnya.

Dia menjelaskan, sumber tumpahan minyak berasal dari pipa pemasok minyak mentah dari Tanjung Penajam ke Kilang Balikpapan dengan ukuran 20‎ inci sepanjang 3,6 kilometer (km). Untuk menginspeksi pipa tersebut dilakukan dengan menyelam dan memakan waktu dua minggu.

Saat diketahui ada tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, pada 31 Maret 2018, Pertamina langsung menurunkan penyelam untuk mencari sumber kebocoran dengan menyusuri pipa. Karena penyelaman terbatas waktu dan jarak pandang, maka baru diketahui sumber kebocoran tiga hari kemudian, yang terletak 600 meter dari kilang.

"Itu menyelam kenapa lama, penyelam tidak bisa satu jam di kedalaman 20 meter. Karena itu pipa putus kami tidak tahu, soal pipa putus kami ragu, pagi itu di selam. Setelah tiga hari baru ketemu ada foto, ada video," papar Toharso.

Menurutnya, saat pencarian sumber kebocoran Pertamina sudah melakukan penghentian pasokan minyak mentah ke Kilang Balikpapan. Dia mengakui, masih ada kelemahan dalam mendeteksi kebocoran pada pipa, karena prosesnya masih manual.

"Apakah minyak mentah ini ngocor terus tidak, kita mengoperasikan satu pompa. Jadi tidak ada kesengajaan kita membiarkan itu terus mengalir. Ada proteksi pipa, memang seharunya diproteksi sistem digital, karena pipa dibuat periode 1997 ini memang kerjanya masih manual oleh operator, jadi pakai telepon secara estafet komunikasi, itu baru dihentikan," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya