Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) telah menahan suku bunga acuan pada level 4,25 persen, selama 7 bulan terakhir. Padahal, sudah banyak negara lain mengikuti jejak Amerika yang menaikkan suku bunganya.
Head of Economic and Market Research UOB, Enrico Tanuwidjaja mengatakan dengan banyaknya resiko yang muncul, kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini. Kenaikan diprediksi sebesar 25 basis poin (bps).
Baca Juga
"Ruang gerak untuk menurunkan BI 7 day sudah nol. Kemungkinan BI 7 day dinaikan 25 bps di akhir Desember," kata dia dalam acara pelatihan wartawan Bank Indonesia di Kawasan Sengigi, Lombok.
Advertisement
Menurutnya, untuk saat ini pilihan BI untuk menahan suku bunga dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi, dengan adanya berbagai risiko dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang lebih agresif, akan dipertimbangkan untuk bank sentral mengetatkan kebijakan moneternya.
"Kami setuju, ini very supportive dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kestabilan finansial dalam enam sampai tujuh bulan ke depan. Tapi ada ancaman inflasi, harga minyak terus naik permintaan domestik juga akan meningkat. Kemungkinan ada ruang gerak suku bunga ini (naik) di Desember," ujar dia.
Selain itu, risiko inflasi sampai dengan akhir tahun akan meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. "Dari luar negeri ada ancaman kenaikan harga minyak, sementara kenaikan konsumsi di dalam negeri juga akan berdampak pada meningkatnya level inflasi," ujarnya.
Meski begitu, level inflasi masih sejalan dengan prediksi BI sebesar 3,5 plus minus satu persen sehingga suku bunga masih bisa ditahan.
"Kami cukup inline ya karena inflasi masih dalam batas official target. Kita lihat, hubungan antara rupiah dan BI policy rate cukup konsisten. Tapi kita lihat ruang gerak untuk menurunkan sudah hampir nol. Nah, bagaimana ruang gerak untuk menaikan melawan keep it unchanged (inflasi tidak meningkat)," dia menandaskan.
BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,25 Persen, Berlaku 20 April
Advertisement