Garuda Indonesia Diminta Fokus pada Penerbangan Haji dan Umrah

Kementerian BUMN terus memantau kinerja Garuda setiap dua pekan. Hal ini untuk melihat perkembangan bisnis maskapai tersebut.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Apr 2018, 20:36 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2018, 20:36 WIB
Penerbangan haji dan umroh.
Penerbangan haji dan umroh.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan Garuda Indonesia tak lagi merugi pada tahun ini. Pada 2017, maskapai pelat merah tersebut menanggung rugi sebesar Rp 2,88 triliun.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, pihaknya terus memantau kinerja Garuda setiap dua pekan. Hal ini guna melihat perkembangan bisnis maskapai tersebut.

‎"Kita harapkan tidak rugi (tahun ini). Kita memantau tiap bulan. Bahkan tiap dua minggu, kita pantau kinerja dan sistem yang ada di dalamnya. Supaya mereka bisa fokus pada rute yang tidak rugi," ujar dia dalam acara peringatan ulang tahun Taspen di Jakarta, Minggu (22/4/2018).

‎Selanjutnya, untuk meningkatkan kinerja keuangan Garuda Indonesia, Kementerian BUMN meminta agar maskapai tersebut menutup rute-rute penerbangan internasional yang tidak menguntungkan. Sebagai gantinya, Garuda juga diminta untuk fokus untuk menggarap penerbangan haji dan umrah.

"Rute-rute yang rugi dipertimbangkan untuk ditutup. Kemudian fokus kepada umrah dan haji, karena itu market paling besar. Bagaimana skema pembiayaan dan lainnya itu yang perlu dilihat," ungkap dia.

Menurut Gatot, pasar untuk penerbangan haji dan umrah di Indonesia mencapai 1,2 juta penumpang. Namun sayangnya, selama ini penerbangan tersebut didominasi maskapai lain.

‎"Karena selama ini market-nya banyak dipegang airlines lain. ‎Fokus kita target market untuk umrah 1 juta orang, haji 200 ribuan orang. Jadi, itu market yang luar biasa. Tinggal Garuda mau memanfaatkan atau tidak," kata dia.

Tak Untung, Garuda Indonesia Diminta Tutup Rute Jakarta-London

Pesawat Garuda Indonesia.
Pesawat Garuda Indonesia. (Liputan6.com/Yanuar H)

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta Garuda Indonesia untuk mengevaluasi rute Jakarta-London yang digarap maskapai tersebut. Bila memang tidak menguntungkan, rute tersebut dinilai lebih baik ditutup.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo mengatakan Menteri BUMN Rini Sumarno telah meminta Garuda untuk mempertimbangkan kembali pengoperasian rute Jakarta-London. Sebab, selama ini rute tersebut dinilai kurang menguntungkan bagi Garuda.

"Bu Menteri minta untuk ditinjau yang ke London. Itu bukanya April tahun lalu, sudah lebih dari setahun. Daripada merugi di luar, lebih baik di dalam," ujar dia dalam acara peringatan ulang tahun Taspen di Jakarta, Minggu (22/4/2018).

Dia menjelaskan, pasar penerbangan untuk rute ‎Jakarta-London yang digarap Garuda selama ini hanya sekitar 35 ribu penumpang per tahun. Padahal untuk rute sejenis, seperti London-Perth potensi pasarnya 350 ribu penumpang per tahun.

"Tadinya kita maunya seperti rute Kanguru, itu rute dari London ke Australia di mana tiap tahun ada 350 ribu. Qantas Juli nanti akan terbang direct dari London ke Perth ke Sidney. Jadi dia bisa direct. Itu kan akan memengaruhi kesempatan kita. Tahun lalu kita penumpang dari UK (London) ke Jakarta 35 ribu, itu cuma 10 persen," jelas dia.

Oleh sebab itu, lanjut Gatot, daripada mempertahankan rute internasional yang tidak memberikan keuntungan, lebih bagi Garuda Indonesia menggarap rute-rute di dalam negeri. Hal ini juga akan memberikan dampak bagi perekonomian di daerah.

"Waktu buka Jakarta-London, Bu Menteri minta dilihat kalau tidak profitable, daripada kita merugi, daripada kita men-support di luar negeri tapi mensubsidi dari dalam negeri, lebih baik fokus di dalam negeri. Lebih banyak rute-rute yang bagus," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya