Usai Tertekan Dalam, Harga Emas Merangkak Naik

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik USD 9 atau 0,7 persen ke level USD 1.333 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Apr 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2018, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali menguat setelah tiga hari mengalami tekanan yang cukup dalam. Kenaikan harga emas ini karena pelemahan dolar AS dan juga penurunan bursa saham Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Rabu (25/4/2018), harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.330,84 per ounce pada pukul 1.34 siang waktu New York. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik USD 9 atau 0,7 persen ke level USD 1.333 per ounce.

Dalam perdagangan sebelumnya, harga emas tertekan karena kenaikan imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) berjangka waktu 10 tahun. Imbal hasil surat utang tersebut sempat menyentuh angka 3 persen.

Kenaikan imbal hasil ini karena investor pengurangi kepemilikan mereka di tengah kekawatiran peningkatan inflasi dan peningkatan pasokan utang pemerintah.

Imbal hasil obligasi yang tinggi membuat emas tidak menarik karena tidak memberika bunga.

Namun, setelah imbal hasil obligasi AS menyentuh angka 3 persen, dolar AS melemah sehingga membawa angin segar kepada harga emas.

"Dolar AS membuat harga emas mengalami tekanan yang cukup dalam dalam beberapa hari terakhir. Kami lihat penguatan dolar AS mulai melandai dan ditambah lagi penurunan bursa saham kembali mendorong harga emas," jelas analis logam mulia High Ridge Futures, David Meger.

Tertekan Dalam

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada perdagangan kemarin, harga emas merosot ke level terendah dalam hampir dua minggu. Ini dipicu penguatan Dolar AS seiring meredanya kekhawatiran politik global dan kenaikan imbal hasil obligasi.

"Harga emas turun kembali ke level terendahnya sekitar seminggu lalu, seiring berkurangnya ketegangan geopolitik, penguatan dolar dan suku bunga obligasi yang mempengaruhi pasar," kata analis ANZ dalam catatannya.

Adapun Dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam dua minggu terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Senin.

Ini didukung meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan meredanya kekhawatiran terkait risiko politik global, setelah Korea Utara mengatakan akan menghentikan uji coba nuklir dan mengejar pertumbuhan ekonomi dan perdamaian.                   

"Kita berada di posisi lainnnya untuk tahun ini karena dolar dan itu tidak cocok untuk emas," kata seorang pedagang berbasis di Hong Kong.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya