Jokowi: Mau Kaya? Cari Racun Kalajengking

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrembangnas) 2018 pada Senin pagi ini.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Apr 2018, 14:24 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 14:24 WIB
Jokowi Rapat Bareng Menteri Kabinet Kerja
Presiden Jokowi saat akan memimpin Rapat Terbatas Evaluasi Proyek Strategis Nasional, Jakarta, Senin (16/4). Jokowi mengimbau para menterinya untuk meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian daerah dan menekan ketimpangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrembangnas) 2018 pada Senin pagi ini.

Acara tersebut digelar dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019. Namun ada hal menarik yang dikatakan Jokowi saat membuka musyawarah tersebut. Di awal sambutannya, Mantan Gubernur DKI Jakarta ini membeberkan komoditas yang paling mahal di dunia saat ini.

Kepada para kepala daerah yang hadir dalam Musrembangnas tersebut, Jokowi memaparkan, saat ini emas tidak lagi menjadi komoditas paling mahal di dunia.

"Sekarang saya mau tanya. Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Pasti jawabnya emas. Bukan emas. Ada fakta menarik yang saya dapat dari info yang saya baca," ujar dia di acara Musrembangnas, Jakarta, Senin (30/4/2018).

Dia mengungkapkan, racun kalajengking justru punya harga lebih mahal ketimbang emas. Sebab harganya bisa mencapai Rp 145 miliar per liter.

Sambil bercanda Jokowi menyatakan, jika ingin kaya maka bisa jualan racun kalajengking tersebut.‎ "Yang paling mahal racun dari kalajengking, harganya US$ 10,5 juta per liter atau Rp 145 miliar per liter. Jadi Pak Bupati, Pak Walikota, kalau mau kaya cari racun kalajengking," kata dia.

Sementara, komoditas yang paling mahal di dunia saat ini, lanjut Jokowi, adalah kalifornium 252. Kalifornium merupakan zat kimia yang digunakan dalam reaktor nuklir atau di sektor pertambangan.

"Yang super mahal itu kalifornium 252. Saat ini harganya ‎US$ 27 juta per gram, kurang lebih Rp 375 miliar per gram. Saya juga tidak ngerti barangnya seperti apa," tutur dia.

Kata Jokowi soal Waktu

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan hal yang paling mahal di dunia ini adalah waktu. Oleh sebab itu, dia meminta agar seluruh birokrasi yang memakan banyak waktu segara dihilangkan.

Jokowi mengatakan, saat ini emas bukan lagi jadi komoditas yang paling mahal dunia. Racun kalajengking justru mampu mengalahkan emas sebagai komoditas yang mahal.

"Sekarang saya mau bertanya, apa komoditas yang paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas. Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi bahwa yang paling mahal itu racun kalajengking Rp 145 miliar per liter. Ada lagi yang super mahal yaitu kaliifornium 252, harganya US$ 27 juta per gram. Itu kurang lebih 375 miliar per gram. Saya juga enggak ngerti barangnya. Ini paling mahal," ujar dia dalam Musrembangnas 2018 di Jakarta, Senin 30 April 2018.

Namun, kata Jokowi, sebenarnya hal yang paling mahal di dunia adalah waktu. Jika dulu, sebelum teknologi berkembang seperti sekarang, waktu terasa berjalan lambat. Akan tetapi setelah muncul beragam alat hasil dari perkembangan teknologi seperti ponsel, waktu berjalan begitu cepat.

‎"Yang paling mahal adalah waktu. Kita ingat coba, 30 tahun lalu berarti tahun 1988 waktu itu belum ada yang namanya handphone. Rasanya irama hidup ini pelan sekali dibanding sekarang. Dengan perkembangan teknologi, potensi produktivitas yang bisa mengisi waktu akan semakin tinggi. Karena banyak yang tidak memanfaatkan potensi produktivitas ini daan menggarapnnya dengan baik," kata dia.

Untuk itu, Jokowi mengingatkan agar proses perizinan baik di pusat dan daerah harus bisa berjalan dengan cepat, tidak lagi melalui birokrasi yang panjang dan memakan banyak waktu. Sebab, jika tidak, Indonesia akan semakin tertinggal dibandingkan negara lain.

"Apa itu buang-buang waktu? Ya cara kerja kita yang bertele itu buang-buang waktu, gaya kita yang jelimet, muter-muter buang-buang waktu. Rantai birokrasi yang panjang itu buang waktu. Rantai perizinan yang muter-muter itu juga harus ditinggalkan. Yang namanya rantai prosedur yang berbelit-belit itu juga waktunya sekarang ini kita tinggalkan," tandas dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya