KEIN Menilai OBOR Bermanfaat untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

OBOR Jadi Momentum Indonesia Tingkatkan Pertumbuhan.

oleh Cahyu diperbarui 30 Apr 2018, 17:37 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 17:37 WIB
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional Arif Budimanta (Foto: Fiki/Liputan6.com)
OBOR Jadi Momentum Indonesia Tingkatkan Pertumbuhan. (Foto: Fiki/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Saat ini China sedang gencar merajut jalur perdagangan antar negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Proyek ini bernama One Belt, One Road (OBOR).

Proyek tersebut akan melewati 65 negara, melibatkan 4,4 miliar manusia, dan bernilai sekitar 40 persen dari total PDB global dengan skema bilateral. OBOR menghubungkan negara-negara Asia Tenggara dengan provinsi-provinsi di China Selatan melalui pelabuhan dan jalan kereta api.

Salah satu proyek infrastruktur di Indonesia yang termasuk dalam OBOR ialah proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini merupakan usaha pemerintah China untuk mempromosikan sektor teknologi tinggi serta standar China di bidang teknik dan mesin.

Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), menilai proyek The Belt and Road Initiative atau OBOR dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta, mengatakan bahwa OBOR harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan China.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami defisit dalam delapan tahun terakhir dengan angka yang semakin membesar. Pada 2017, neraca perdagangan mencatat defisit 10,88 miliar dollar AS atau berkurang 20 persen dari posisi tahun sebelumnya.

"Indonesia harus jeli dalam memanfaatkan OBOR ini, salah satunya dengan menjadikan peluang untuk mempersempit neraca perdagangan dengan China, misalnya dengan membangun area perdagangan bebas," ujar Arif, di Jakarta, Senin (30/4/2018).

Dia melanjutkan, tujuan China membangun OBOR ialah untuk menjadikan negaranya sebagai pusat pengembangan bidang manufaktur. Hal ini pun harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperluas penyerapan tenaga kerja.

"Jika ekspor naik, tidak hanya ke China saja, maka kinerja industri dalam negeri akan meningkat. Kebutuhan tersebut akan mendorong permintaan terhadap tenaga kerja," ucap Arif.

Target peningkatan ekspor tersebut sejalan dengan tujuan Pemerintah saat ini. Pemerintah mengandalkan investasi dan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan terus melakukan pembangunan infrastruktur.

Beberapa proyek infrastruktur yang dibangun oleh Pemerintah adalah tol laut, jalan tol, double track kereta api, serta kawasan ekonomi khusus untuk mendorong kinerja ekspor dan investasi.

“Jadi pembangunan di era Presiden Joko Widodo ini in line dengan rencana OBOR. Pembangunannya pun on the track untuk bisa terus tumbuh dengan baik di antara emerging market dan developing countries lainnya,” kata Arif.

Walaupun begitu, imbuhnya, Indonesia perlu menimbang kembali proyek apa yang diakomodir oleh OBOR. Menurut Arif, proyek-proyek infrastruktur yang dapat mengakses China secara langsung lebih memberikan manfaat daripada menghubungkan kota-kota di Indonesia.

“Harusnya proyek-proyeknya itu yang langsung ke China jadi bawa manufaktur Indonesia. Harus juga dikaitkan dengan poros maritim sehingga bisa memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia sebagai negara maritim,” ujar Arif.

 

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya