Pemerintah Kaji Tambah Subsidi Solar dalam APBN 2018

Rencana penambahan subsidi solar telah dibahas bersama Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri ESDM Ignatius Jonan.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2018, 21:32 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2018, 21:32 WIB
20151008-Solar turun-Jakarta
Petugas mengisi BBM jenis solar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana mengkaji penambahan anggaran subsidi untuk solar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Penambahan tersebut, menyesuaikan dengan situasi harga minyak dunia yang lebih tinggi dari pada ICP (Indonesian Crude Price) beberapa waktu terakhir.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kajian itu dilakukan untuk mendukung kesehatan keuangan PT Pertamina dalam menyediakan bahan bakar bersubsidi bagi masyarakat. Hal ini pun telah dibahas bersama Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri ESDM Ignatius Jonan.

"Yang hasil tadi dengan Pak Menko (Darmin Nasution) dan Menteri ESDM memang dibahas mengenai situasi dari harga minyak yang lebih tinggi dari ICP. Yang ada asumsinya dalam undang undang APBN implikasinya tentu saja bahwa nilai subsidi yang harus ditanggung Pertamina meningkat cukup besar," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Sri Mulyani melanjutkan, pemerintah telah membahas bagaimana langkah tersebut dapat diimplementasikan dengan mengutamakan kemampuan daya beli masyarakat tanpa mengabaikan keberlangsungan usaha Pertamina.

"Kita sudah membahas mengenai bagaimana mekanisme agar di satu sisi masyarakat masih tetap bisa terjaga dayabelinya terutama karena tekanan dari harga minyak di BBM dan disisi lain Pertamina sebagai suatu korporasi doing concern yang baik," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Kendaraan Tempur Bakal Pakai Solar Campur Minyak Sawit

20150930-Pom Bensin-BBM-SPBU-Jakarta
Aktivitas pengisian BBM di SPBU Cikini, Jakarta, Rabu (30/9/2015). Menteri ESDM, Sudirman Said menegaskan, awal Oktober tidak ada penurunan atau kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) baik itu bensin premium maupun solar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ingin‎ memperluas penggunaan Solar bercampur biodiesel. Salah satunya pada kendaraan tempur atau alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, ‎Kementerian ESDM terus mendorong agar semua sektor bisa menggunakan Solar dicampur dengan biodiesel. Bahan utama dari biodiesel tersebut adalah minyak kelapa sawit.

"Ke depan hanya satu produk yang beredar hanya biodiesel saja," kata Rida, di Kan‎tor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Salah satu sektor yang bakal didorong menggunakan Solar campur biodiesel adalah alutista. Dia pun menargetkan hal tersebut bisa diterapkan pada tahun depan. "Iya harapan kita iya. Tahun depan maunya," tutur Rida.

Saat ini, sektor yang sudah menerapkan Solar campur biodiesel adalah sektor transportasi dan industri pertambangan.

Rida melanjutkan, untuk menerapkan campuran‎ Solar dengan biodiesel di semua sektor, Kementerian ESDM akan membicarakan dengan delapan kementerian, di antaranya Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian.

Saat ini, uji coba penggunaan Solar dengan biodiesel belum dilakukan, karena harus menunggu hasil diskusi dengan delapan kementerian.

Uji coba Solar campur biodiesel saat ini sedang dilakukan pada lokomotif‎ kereta. Setelah uji coba, akan diterbitkan payung hukum.

"Baru ngobrol-ngobrol wacana. Payung hukum itu setelahnya. Kayak sekarang kan uji coba kereta api, setelah uji coba kan ke payung hukum begitu tahapannya,"‎ tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya